Identifikasi potensi dapat dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun sangat disayangkan, tidak sedikit peserta didik yang justru kesulitan untuk mengenali potensi yang dimilikinya. Dalam studi yang saya lakukan di sekolah tempat saya bertugas, hampir 80 persen peserta didik justru belum mengetahui potensi apa yang dimilikinya. Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut potensi (kemampuan) masing-masing dan memerlukan bimbingan dan pengarahan serta pendampingan yang konsisten menuju ke arah titik optimal potensinya (Khorol, 2015). Oleh karena itulah, identifikasi potensi perlu dilakukan oleh pihak sekolah untuk membantu peserta didik menemukan potensinya dengan lebih cepat. Salah satu cara untuk melakukan identifikasi terhadap potensi peserta didik adalah dengan melalui kegiatan literasi yang dilaksanakan oleh perpustakaan sekolah.
Untuk melaksanakan identifikasi potensi melalui literasi tersebut, pihak sekolah harus merancang aktivitas literasi yang berbasis pada identifikasi potensi. Ada banyak kegiatan literasi yang dapat dilaksanakan di sekolah, misalnya aktivitas membaca selama 15 sampai 30 menit sebelum memulai pembelajaran. Perpustakaan sekolah sebagai basis kegiatan literasi memiliki peran besar dalam upaya menciptakan iklim literasi di lingkungan sekolah. Melalui aktivitas membaca 15 sampai 30 menit diharapkan membawa dampak yang cukup signifikan terhadap peningkatan kualitas diri peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, tulisan ini membahas mengenai Identifikasi Potensi Melalui Kegiatan Literasi: Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Menyiapkan Siswa Unggul Menuju Indonesia Maju Bermutu.Â
METODOLOGI
Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka. Metode tinjauan pustaka atau kajian pustaka adalah metode yang dilakukan dengan melakukan kajian terhadap literatur yang relevan. Berkaitan dengan hal tersebut literatur yang dikaji dalam tulisan ini berkaitan dengan kegiatan literasi serta bagaimana pemanfaatan kegiatan literasi tersebut untuk membantu sekolah dalam mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh siswa.Â
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis melakukan pengumpulan data dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer berupa aktivitas kegiatan literasi yang ada di sekolah dan sumber sekunder berupa teori yang mendukung aktivitas literasi tersebut. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam tulisan ini, yakni pertama: (1) Reduksi Data, yakni melakukan kegiatan mengorganisir data-data yang telah didapat. Data-data yang didapat akan dijabarkan untuk memudahkan penulis mengambil kesimpulan. (2) Display Data, yakni adalah menampilkan data secara sistematis seperti dibuat menggunakan tabel, grafik, naratif, dengan tujuan agar penulis dengan mudah menarik kesimpulan. (3) Menarik Simpulan.
PEMBAHASAN
Kegiatan literasi di sekolah pada hakikatnya dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi potensi. Kegiatan literasi di sekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang meliputi kecerdasan intelektual, emosional, bahasa, spiritual, dan estetika (Suandewi, 2019). Melalui kegiatan literasi, sekolah mampu mengetahui potensi apa saja yang ada pada peserta didik. Hal tersebut sangat penting guna membantu sekolah dalam merencanakan tindak lanjut bagi peserta didik sehingga mampu mendorong pengembangan potensi menjadi lebih optimal.
Bagaimanakah identifikasi potensi melalui kegiatan literasi tersebut? Hal pertama yang harus dilakukan adalah perpustakaan sekolah harus merancang kegiatan literasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini, kegiatan literasi yang dapat diprogramkan, yakni kegiatan membaca 15 sampai 30 menit sebelum memulai pembelajaran. Dalam kegiatan tersebut, peserta didik dikumpulkan di lapangan dengan membentuk lingkaran yang beranggotakan 10 orang. Peserta didik telah menyiapkan buku yang akan dibaca selama kegiatan literasi berlangsung. Buku yang dibaca dapat berupa buku fiksi maupun buku nonfiksi. Ketersediaan buku literasi dapat difasilitasi oleh perpustakaan sekolah. Peserta didik dapat meminjam buku bacaan literasi yang tersedia di perpustakaan. Oleh karena itu, perlu bagi perpustakaan untuk menyediakan berbagai macam buku guna menunjang kegiatan literasi tersebut. Penyediaan bahan bacaan literasi dapat pula melalui kerjasama dengan perpustakaan daerah setempat untuk menyediakan akses layanan perpustakaan keliling di sekolah setiap hari tertentu. Mobil perpustakaan dengan berbagai sumber bahan bacaan yang menarik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik.
Selanjutnya, peserta didik diberikan waktu untuk membaca buku dengan senyap selama 15 sampai 30 menit. Selama kegiatan literasi berlangsung, guru dapat berkeliling untuk memantau aktivitas literasi yang dilakukan. Beberapa hal yang dilakukan pihak sekolah selama pemantauan, yakni guru harus memperhatikan buku yang dibaca oleh peserta didik. Buku jenis apa yang dibaca? Apa judul buku yang dibaca? Berapa tebal halaman buku tersebut? Mengetahui hal tersebut sangat penting sebagai bagian dari upaya identifikasi potensi. Kegiatan membaca erat hubungannya dengan minat (Sugiarti). Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya (Gunawan). Terdapat hubungan antara buku bacaan dengan kemungkinan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang membaca buku fiksi, misalnya menandakan kemungkinan potensi peserta didik ada pada bidang sastra (cerpen, puisi, atau drama). Peserta didik yang membaca buku nonfiksi tentang olahraga, mengindikasikan kemungkinan potensi peserta didik ada pada bidang olahraga. Peserta didik yang membaca buku wirausaha, bisa jadi potensi yang dimilikinya berkaitan dengan kegiatan wirausaha, dan lain sebagainya bergantung buku apa yang dibaca.
Judul buku juga menentukan dalam upaya melakukan identifikasi potensi. Peserta didik yang membaca buku sastra dengan judul tertentu dapat mengindikasikan seberapa besar potensi yang dimilikinya. Contohnya, peserta didik yang membaca buku kumpulan cerpen yang telah dimuat di surat kabar nasional, misalnya kemungkinan besar peserta didik tersebut memiliki keterampilan yang cukup baik dalam bidang menulis cerpen. Mengapa demikian? Umumnya anak- anak remaja akan cenderung membaca buku fiksi bertema cinta atau buku fiksi remaja dengan bahasa alay atau bahasa remaja. Namun, dalam contoh tersebut, peserta didik yang membaca buku kumpulan cerpen tentulah peserta didik yang tidak biasa. Pada umumnya koran nasional sangat selektif dalam pemuatan karya. Artinya karya yang dimuat tentulah berkualitas. Dengan demikian ketika peserta didik membaca buku tersebut, patut diidentifikasi bahwa ada sesuatu yang tidak biasa pada diri peserta didik. Contoh lainnya, peserta didik yang membaca buku soal-soal olimpiade matematika, mungkin menandakan bahwa potensi besarnya adalah pada bidang matematika. Dan kemungkinan peserta didik tersebut memang ahli matematika. Hal tersebut disebabkan sangat tidak biasa jika peserta didik yang tidak senang matematika ataupun mungkin ia senang tapi tidak terlalu bisa di bidang tersebut, akan membaca buku soal-soal olimpiade matematika.Â
Jumlah halaman juga sangat berpengaruh dalam upaya identifikasi. Peserta didik yang membaca buku dengan jumlah halaman yang sangat tebal, misalnya lebih dari 300 halaman, menandakan peserta didik tersebut memiliki minat membaca yang sangat besar. Pada umumnya peserta didik akan cepat merasa bosan ketika membaca dengan jumlah halaman yang terbilang banyak. Tak heran, dalam kegiatan literasi banyak peserta didik yang cenderung membaca buku dengan jumlah halaman yang sedikit atau buku yang tipis. Peserta didik yang mampu membaca buku dengan halaman yang tebal dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik tersebut memiliki kemampuan literasi yang sangat baik. Jumlah halaman yang sangat banyak biasanya menandakan bahwa buku yang dibaca berisi informasi yang sangat spesifik sehingga cenderung berkualitas.