Mohon tunggu...
Alam Penyair Maya
Alam Penyair Maya Mohon Tunggu... -

pecinta puisi dan syair

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mata Hatiku, Kaulah Nadiku

3 November 2011   15:01 Diperbarui: 6 Juli 2015   13:59 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

katakan pada langit yang menghitam bertahun resah terlarung dalam dekapkita kala tangis adalah warna Kala tawa adalah bias di pagi kita aku resah dalam kehampaan ketika syair-syairmu lenyap tak bersisa pun sejuta tanya yang menyingkap di bibir mungilmu tak jua kunjung jadi santapan enam tahunsudah kesah kita adalah desah pagi merangkai kisah di jalan terjal berbatu bersama, dengan kasih yang pincang tak ada lagi tawamu yang ada hanya diam di ranjang putih tak ada lagi tangismu yang ada hanya bibirmu terpaku pasi bangunlah hai matahatiku bangunlah tangisku merebak dalam setiap desah nafasmu hancurnya hatiku menikam setiap detak nadiku kurindu setiap tangismu di pagi hari atau tawamu kala menendang bola di pinggir senja bangunlah matahatiku bangunlah ayah merindukanmu ayah merindukanmu . lembah bulusaraung 031111 : 10:51

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun