Saat anak mulai beranjak remaja, banyak perubahan yang terjadi pada diri anak. Saat ini anak merasa dan berpikir, ini gw lho. Sikap mau menang sendiri dan susah diatur akan menonjol dalam usia remaja ini. Perlu sikap kedewasaan dan bijaksana orangtua dalam menghadapi masa pubertas ini.
Dan yang utama sekali adalah komunikasi. Jalin komunikasi yang sejajar dan harmonis dengan anak. Jangan terlalu mendominasi dalam berkomunikasi dengan anak. Ambil sikap sejajar dan seimbang. Sehingga anak merasa ada tempat untuk "curhat" dan menceritakan segala masalah yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, sebagai orangtua kita mengetahui dengan jelas permasalahan yang dihadapi anak dan mencari solusi tepat dalam mengatasinya. Jadilah pendengar yang baik buat anak-anak.
C. Bantu anak dalam memilih dan menentukan masa depan sesuai dengan bakat dan hobinya
Saat anak memasuki usia sekolah menengah, akan terjadi sikap yang lebih realistis dari anak mengenai cita-cita masa depannya dibandingkan saat dia masih anak-anak. Saat ini anak akan mengkolaborasi cita-cita masa depannya dengan hobi dan segala sesuatu yang disukainya.
Sebagian besar anak akan mengambil kesimpulan yang salah mengenai cita-cita masa depannya. Disinilah peran orangtua memberikan pemahaman yang benar mengenai profesi yang akan diambil anaknya. Tugas orangtua hanya memberikan pemahaman dan pertimbangan yang benar, bukan memaksakan suatu profesi kepada anaknya. Biarkan anak menentukan profesi masa depan yang sesuai dengan bakat dan hobinya.
D. Persiapkan dana pendidikan sedini mungkin
Satu-satunya waktu yang tepat bagi orangtua untuk mulai mempersiapkan dana pendidikan anak adalah dikala anak baru lahir. Karena berjalannya waktu, tingkat kebutuhan orangtua juga akan meningkat dan akan mengikis penghasilan yang dialokasikan untuk dana pendidikan anak.
Berdasarkan penelitian, tingkat kenaikan biaya pendidikan di Indonesia hampir sebesar 15% setiap tahunnya. Sedangkan bunga tabungan dan deposito hanya maksimal 6% pertahun.
Itu artinya, jika orangtua menyisihkan dana pendidikan anaknya dan menyimpannya dalam bentuk tabungan atau deposito, maka dalam 5, 10 atau 15 tahun kemudian, orangtua tidak mampu lagi memeberikan pendidikan tinggi kepada anaknya. Hasil tabungan atau deposito beserta bunganya tidak akan mampu menyamai kenaikan biaya pendidikan.
Disinilah perlu kecerdasan dan ketelitian orangtua untuk menyimpan dana pendidikan anaknya dalam bentuk instrumen yang memberikan imbal hasil dan proteksi yang maksimal dan mampu mengimbangi kenaikan biaya pendidikan.
Salah satu instrumen itu adalah Asuransi Pendidikan. Asuransi Pendidikan akan mampu mengatasi beban yang akan dihadapi orangtua di masa depan. Dengan Asuransi Pendidikan, beban pendidikan anak-anak akan dipindahkan dari orangtua ke perusahaan asuransi yang diambilnya.