Sayidina Ali bin Abi Thalib itu pemimpin yang munafik, kafir dan musyrik. Rupanya Ibnu Muljam belum puas terhadap jawaban Sayidina Ali yang menjawab kaum penentangnya, "Kalimatu haqqin yuraadu bihaa bathilun." Artinya ungkapan yang diucapkan itu sebuah kebenaran tapi yang ditujunya justru sebuah kebatilan.
Jawaban Sayidina Ali itu dilontarkan setelah peristiwa Perang Shiffin sebagaimana dikutip oleh Al Hafidz Ibnu Katsir dalam kitab Al Bidayah wa Al Nihayah. Usai perang Shiffin, hoaks semakin tersebar. Kaum Khawarij meneriakkan, "Laa hukma Illa lillahi." Artinya Tiada hukum kecuali untuk Allah SWT.
Kaum Khawarij menolak kekhilafahan Sayidina Ali. Ali dianggap tidak adil dan tidak menjalankan aturan Allah SWT. Hal itu menegaskan  seolah-olah kaum Khawarijlah yang paham hukum Allah. Tapi hakikatnya mereka tidak pernah paham bahwa perdamaian itu justeru esensi dari ajaran Islam.
Ibnu Qutaibah telah menulis kejadian sadis tersebut dalam kitabnya yang berjudul Al Imamah wa Assiyasah. Juga oleh Ibnu Faraj Al Isbahani dalam Kitab Maqaatil Al Thalibin.
Hadis populer tentang Imam Ali adalah,. Kalau Rasulillah adalah gudangnya Ilmu, maka Ali adalah pintunya, lalu mengapa banyak dari kita (umat) Islam masih enggan mengetuk pintunya ilmu. Apakah kita lebih suka lompat jendela? Â Carilah pengetahuan baru, pada buku lama. (Adaptasi Marthin L.K). Carilah pengetahuan baru dari kisah lama yang otentik.
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H