[caption caption="Grafik Perkembangan Penduduk Indonesia (Sumber BKKBN)"]
Namun, Jokowi juga mengingatkan bahwa bonus demografi ini bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, limpahan usia produktif ini akan memacu kemajuan ekonomi jika bisa dimanfaatkan dengan baik, tetapi sebaliknya menjadi bencana bila kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak dipersiapkan dengan baik. Karena itu, kata Jokowi, menghadapi bonus demografi, kualitas penduduk produktif harus dipersiapkan.
“Kita perlu memprioritaskan pada pembangunan sumber daya manusia, terutama meningkatkan kualitas penduduk di usia produktif. Kita membutuhkan keterlibatan keluarga Indonesia untuk menyadari betapa pentingnya membangun kualitas anak, sehingga mereka (anak-anak bangsa) mampu menyongsong masa depan lebih baik,” kata Jokowi.
[caption caption="Grafik bonus demografi (Sumber bkpm.go.id)"]
Karenanya permasalahan kependudukan khususnya terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia harus diselesaikan dari sekarang, dan harus dimulai dari keluarga agar Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi secara optimal. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar Indonesia dapat menikmati bonus demografi yaitu:
Pertama, angkatan kerja yang berlimpah tersebut haruslah berkualitas, baik dari sisi kesehatan, kecukupan gizi maupun dari sisi pendidikan.
Kedua, suplai tenaga kerja produktif yang besar harus diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai, sehingga pendapatan per kapita meningkat dan penduduk Indonesia dapat menabung sehingga akan meningkatkan tabungan ditingkat keluarga dan ditingkat nasional.
Ketiga, jumlah anak yang sedikit akan memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan keluarga.
Keempat, dengan suksesnya program keluarga berencana, maka anggaran yang semula disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan anak usia 0-15 tahun dapat dialihkan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia pada kelompok umur 15 tahun ke atas agar nantinya mereka mampu bersaing meraih kesempatan kerja, baik ditingkat lokal, nasional maupun global.
Keluarga sebagai pondasi membangun karakter bangsa
Keluarga merupakan institusi terkecil dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keluarga menjadi tempat persemaian cinta, kasih sayang, keteladanan, dan karakter. Keluarga menjadi kawah candradimuka, wahana “pengglembengan” seorang anak untuk menyerap ilmu kehidupan. Sebagai institusi terkecil keluarga merupakan pondasi sebuah bangsa yang sangat penting. Artinya, jika keluarga sebagai pondasi lemah dan bobrok, maka “bangunan” bangsa juga akan lemah dan mudah hancur.
[caption caption="Trend laju pertumbuhan penduduk (Sumber BKKBN)"]
Keluarga yang berkarakter dan sejahtera akan menegakkan Indonesia yang bermartabat. Keluarga berkarakter menjadi tempat pertama lahirnya peradaban Indonesia yang maju dan berkeadaban. Karenanya, momentum peringatan Harganas ke-XXII harus menjadi renungan untuk membangkitkan kembali keseriusan pemerintah pusat dan daerah serta seluruh komponen bangsa dalam meningkatkan kualitas keluarga. Momentum peringatan Harganas ke-XXII harus mampu mengembalikan semangat pembangunan keluarga 1989 ketika kita mendapatkan penghargaan PBB karena sukses melakukan pemberdayaan keluarga.
[caption caption="Proyeksi Angka Kematian Ibu (Sumber MDGs)"]