Semudah itu kah cara merangkainya sehingga sebuah RISHA diklaim mampu dibangun dalam waktu 24 jam, cukup dengan menggunakan 3 tenaga kerja saja?
Jawabannya adalah YES! Semudah itu, dan secepat itu. Sehingga teknologi terapan besutan Balitbang PUPR ini telah menjadi alternatif dalam mensuplai perumahan bagi masyarakat masa kini, di kehidupan modern maupun untuk konsumsi pedesaan., bahkan juga untuk daerah-daerah yang tertimpa bencana seperti tsunami di Aceh, Gempa Pidie, dan lainnya.
Tentang Kekuatan/Kualitasnya Gimana?
Ini juga yang menjadi perhatian dan pertanyaan saya saat ngobrol santai dengan Bapak Arief kemarin. Beliau menegaskan bahwa teknologi RISHA telah lolos uji dan sangat layak untuk dipergunakan. Pembangunan jauh lebih cepat (1 x 24 jam), lebih murah (hemat anggaran hingga 40%), lebih ramah lingkungan, lebih tahan gempa, movable (knock-down), lebih ringan dan dapat dimodifikasi sebagai bangunan kantor, puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
Aplikasinya sudah di mana saja?
Setelah ditemukan di akhir tahun 2004, hingga kini telah banyak sekali perumahan yang menggunakan teknologi RISHA. Diantaranya telah digunakan di
Aceh paska tsunami, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, NTT dan NTB.
Tertarik untuk memiliki RISHA? Atau ingin mengetahuinya lebih jauh? Boleh intip informasinya pada http://puskim.pu.go.id/risha-rumah-instan-sederhana-sehat/.
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
Pada obrolan santai sesi kedua, kami berkesempatan untuk ngobrol cantik bersama Ibu Natalia Tanan, Peneliti dari Puslitbang Divisi Jalan dan Jembatan.