Mohon tunggu...
Alaek Mukhyiddin
Alaek Mukhyiddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Aktivis Ahlusunnah Wal Jamaah

adalah penggagas Jam'iyah sastra di pondok pesantren Sidogiri, sekaligus menjadi ketua perdananya. saat ini menjabat sebagai pemimpin Redaksi Majalah Nasyith. ia juga aktif sebagai aktivis ahlusunah wal jamaah dan menjabat sebagai anggota tim fatwa Annajah Center Sidogiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Kuntilanak Bawean

1 September 2022   17:58 Diperbarui: 1 September 2022   18:04 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari kumparan.com

Dan saat kyai mencoba memeriksa keadaan Bu Nyai, ternyata kandungan sudah kosong. Perut yang membuncit itu sudah menyurut kurus. Kyai marah. Beliau murka sehingga dengan menyalak, Kyai membawa pecut warisan kakeknya menuju desa sebelah. 

Ke rumah Ajo Kawir! Ia memang terkenal di pesantren ini dan sering menjadi buah bibir santri-santri sini. Betapa tidak! menurut Ayla siapa-pun guru tugas di sini, tidak akan pernah mampu untuk menyelesaikan masa baktinya selama satu tahun. Ada-ada saja penyebabnya. Tahun kemaren guru tugas asal malang, terpaksa harus dipulangkan karena gila di pertengahan tahun. Ada yang perutnya buncit. 

Bahkan ada yang sampai meninggal ditenggelamkan di sungai, seperti yang aku ceritakan di awal. Itu semua tidak lepas dari campur tangan Ajo Kawir.

Bisa dibilang Ajo Kawir adalah pewaris murni pencak silat Bawean. Ah, berbicara tentang pencak silat khas Bawean, membuatku teringat pada Haris Daerah G yang sampai saat ini dipenjara gara-gara duel tanding di pesantren dan berhasil membunuh lawan tandingnya tersebut. Ini menandakan bahwa pencat silat khas Bawean memang tiada tandingannya!

Menurut pengakuan dari santri sini juga, ternyata Ajo Kawir memiliki ajian waringin sungsang dan ajian gelap ngampar, di mana cukup dengan mengeluarkan tenaga dalam saja, musuh sudah pasti terkapar tak berdaya dan isu-isunya ia bisa menguasai rawarontek setelah bertapa di gua gelap selama empat puluh hari. 

Tapi semua ajian itu tentu tidak ada apa-apanya dibanding pecut warisan dari kakek kyai sini. Mungkin dengan sekali pecut, seluruh ilmu Ajo Kawir menjadi luruh dari badannya. 

Kemudian yang terjadi setelah Kyai datang membawa pusaka pecut sakti itu, tentunya Ajo Kawir meminta maaf dan langsung malamnya ia melakukan ritul kembang rengsek untuk mengembalikan janin yang telah diambil sekaligus membakar kuntilanak yang lancang mengganggu istri kyai.

***

Aku berdiri di dermaga feri, menatap lurus ke arah kapal feri yang memasang sauh. Yah, aku memutuskan pergi. Barangkali terpaksa pergi. Tiga hari selama aku berada di sana, Ajo Kawir datang ke tempat-ku. Ia mengancam-ku supaya aku lekas mengakhiri istiqamah membaca Dalailul Khairat yang aku dapatkan lewat ijazah dari pengasuh. 

Ia mengatakan bahwa saat aku membacanya, kuntilanak seantero desa menjadi tersiksa. Aku tentunya tidak mau. Karena tidak mungkin memutus istiqamah yang sudah kujalani selama enam tahun lamanya. Pun, aku yakin Ajo Kawir tidak bisa berbuat banyak padaku karena aku selalu memakai kalung asma' badar yang kudapat dari guru-ku. 

Disamping juga pembacaan dalail secara istiqamah secara tidak langsung membentuk benteng ghaib yang kokoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun