Meskipun sungai itu indah tapi tidak bisa meninggalkan kesan horror saat malam hari, sebab tepat di seberang sungai adalah pemakaman umum.Â
Masyarakat harus menandu mayat dengan jarak satu kilometer untuk sampai pada pemakaman itu. Tentunya dengan melewati jalan yang tak beraspal. Tanah yang licin dan kadang ada saja hewan liar yang melintas seperti ular.
Di dataran rendah, tiada lampu sama sekali
Menurut data yang ku-kumpulkan dari para santriwati, dulu tempat ini adalah belantara liar. Kakek dari PJGT (Penanggung jawab guru tugas) yang membabatnya dengan dibantu seorang ulama dari pasuruan. Bahu-membahu membungkam para kuntilanak.Â
Tapi ternyata mengusirnya adalah suatu yang mustahil. Oleh karena itu, beliau hanya memberikan pagar ghaib bagi para santri dan orang yang mukim di sini dengan diberi minuman kelapa hijau. Termasuk diriku sendiri, ketika baru pertama kali sampai di sini.
Kuntilanak-kuntilanak itu di samping menyeramkan, juga unik. menurut Ayla yang bercerita padaku sehabis sepulang sekolah Kuntilanak ternyata dibagi tiga macam. Ada kuntilanak berbaju putih yang Cuma mengganggu saja lewat suara tawa.Â
Nah, kuntilanak putih itulah yang sering aku dengar setiap malam tanggal ganjil. Ada kuntilanak berbaju hitam yang terdengar merintih menangis di malam tanggal 15. Tepatnya waktu bulan purnama.Â
Kalian harus hati-hati dengan kuntilanak ini karena dia kata Ayla kuntilanak merah bisa menyentuh hingga membunuh. Ambil contoh dua tahun kemaren yang meninggal ditenggelamkan di tengah malam karena membaca burdah dengan niatan mengusir kuntilanak-kuntilanak itu.Â
Jenazahnya baru ditemukan seminggu setelahnya dengan keadaan yang memprihatinkan. Jantungnya bolong! Dimakan kuntilanak hitam itu. Nah, yang terakhir adalah kuntilanak dengan baju berwarna merah.Â
Menurut penuturan Ayla, para masyarakat desa tetangga banyak yang ngerumat kuntilanak merah untuk pesugihan. Dan makanannya-pun cukup membuat-ku tersedak. Yakni, janin berusia 3 bulan!
Pernah katanya, Bu Nyai waktu mengandung putranya yang pertama mengalami peristiwa tragis itu. Saat usia kandungan beliau berumur tiga bulan, tiba-tiba beliau menjerit keras sehingga membuat seantero asrama gempar karena terkejut. Baru setelah itu keluar darah dari Rahim beliau, bercucur deras membasahi daster yang beliau kenakan.Â