Jimbris dikebumikan di pemakaman pesantren. Ribuan mata santri hanya bisa memandang dari masjid. Ada yang prihatin, ada yang datar saja tanpa ekspresi atau ada juga yang mengeluarkan beberapa tetesan air mata seperti-ku. Saat tubuhnya hendak ditaruh di liang lahat, aku memutuskan untuk pergi. Mengusap sisa-sisa airmata.
Waktu hendak turun dari masjid ada seseorang yang menarik lenganku. Aku menoleh ke arahnya. Wajah yang tak kukenal.
Ia tersenyum ke arahku sebelum berkata:
" Aku Jimbris. Aku masih hidup."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H