Mohon tunggu...
Alaek Mukhyiddin
Alaek Mukhyiddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Aktivis Ahlusunnah Wal Jamaah

adalah penggagas Jam'iyah sastra di pondok pesantren Sidogiri, sekaligus menjadi ketua perdananya. saat ini menjabat sebagai pemimpin Redaksi Majalah Nasyith. ia juga aktif sebagai aktivis ahlusunah wal jamaah dan menjabat sebagai anggota tim fatwa Annajah Center Sidogiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Kecil di Tengah Makam

20 September 2019   07:05 Diperbarui: 20 September 2019   07:29 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Persis seperti penampakan yang dilihat para warga. kakek itu mengajari Raisya bagaimana cara membaca yang benar serta menjelaskan arti kandungan dari lafal-perlafalnya. Setelahnya kakek itu mengajari Raisya bagaimana cara menyembah tuhan yang benar serta cara meminta sesuatu pada tuhan agar terkabulkan. 

Tentunya bukan dengan menaruh beraneka ragam makanan di bawah pohon besar, tapi dengan cara sembahyang dengan khusuk dan memusatkan pikiran pada tuhan itu sendiri. Barulah setelah tengah malam, Raisya akan tidur di pangkuan kakek itu. 

Raisya akan tidur di bawah elusan tangan kasih sayang kakek itu. Kasih sayang di dunia yang akan mengantarnya menuju surga. Entah siapa kakek itu sebenarnya, penjaga makamkah, atau keluarga Raisya yang masih tersisa atau jangan-jangan!

***

Pagi itu, seperti biasa Raisya keluar dari area pemakaman untuk bermain bersama teman-teman seusianya. Biasanya mereka bermain petak umpet, tapi karena sudah bosan, mereka hanya duduk-duduk di pepatang sawah. 

Raisyapun berdiri dan memunguti rumput yang tumbuh di sana. Satu persatu ia sambung hingga tampak seperti tali yang berwarna hijau. Raisya berkata pada teman-temannya:

" aku akan memberi kalian hadiah yang menarik." Lantangnya sambil terus menyambung satu rumput pada rumput lain. Satu ikat, dua ikat, tiga ikat hingga temannya mendapat satu persatu di tangannya. 

Lantas Raisya mulai mengais buah bundar mungil disekelilingnya dan melubangi bagian tengahnya setelah kemudian memasukkan buah kecil itu pada rumput atau lebih miripnya tali. Setelah jadi, Raisya memperlihatkannya pada teman-temannya.

"Gelang yang besar." Seru teman Raisya

"namanya bukan gelang tapi ini tasbih." Raisyapun menjelaskan nama benda itu pada temannya. Setelah itu Raisya menjelaskan Panjang lebar kegunaanya, tapi yang membuat Raisya kesulitan adalah mengajari wirid untuk menjadi pijakan tasbih diputar. Setiap hari satu lafal yang Raisya ajarkan. Setiap hari pula raisya memeras keringat agar mereka lancar melafalkannya.

"Satu lafal yang kalian baca harus sama dengan satu buah tasbih yang kalian putar. Semakin banyak kalian melafalkannya, maka akan semakin besar hadiah yang akan kalian dapatkan." Ujar Raisya sekaligus mengakhiri pertemuan mereka. Teman-teman Raisyapun pulang dengan tasbih yang melekat di tangan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun