Implementasinya pelan-pelan, bertahap, awalnya masih ada petugas tolnya dan masyarakat masih boleh memilih untuk membayar tunai atau dengan kartu. Bagi yang masih membayar tunai sekaligus diberitahu bahwa kedepan sudah tidak bisa cash lagi pada tanggal sekian. Akhirnya ketika lewat lagi, sudah lebih banyak orang yang telah terbiasa menggunakan kartu.
Contoh model paling mudah kita lihat dalam bab ini adalah metode yang dilakukan para Wali Songo di Jawa jaman dulu. Mereka tidak langsung mengatakan halal, haram, bid'ah atau kafir, tetapi mereka memahami dulu apa yang menjadi budaya orang Jawa. Jika ada yang sama secara tauhid dengan ajaran Islam diteruskan dan yang tidak sesuai diubah secara perlahan.
Bancakan tetap masih boleh, tetapi doa-doanya bukan untuk selain Allah SWT dan masih banyak contoh lainnya. Untuk dapat melakukan ketiga hal tersebut, pemimpin harus memiliki sifat dan kualitas empat yang tidak bisa ditinggalkan yaitu, shiddiq atau jujur, amanah atau dapat dipercaya, tabligh atau komunikatif dan fathonah atau cerdas.
Jika seorang pemimpin jujur, amanah, komunikatif dan cerdas maka dia bisa memiliki empat aji-aji atau kesaktian:
1. Matanya bisa digunakan untuk melihat masalah.
2. Telinganya dapat digunakan untuk mendengarkan nasehat baik, mana yang benar mana yang salah.
3. Hidungnya dapat digunakan untuk mencium aroma kebaikan.
4. Mulutnya dapat digunakan untuk mengeluarkan kata-kata yang adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H