Usai lari pagi aku melangkah ke warung kopi yang tidak jauh dari alun-alun kota. Warung kopi ini tempat favoritku untuk memanjakan lidah di pagi hari. Rasa dan aroma kopi di tempat ini cukup untuk membuat tubuh lepas dari ketegangan.
Aku mengambil tempat duduk yang menghadap langsung ke taman kota. Aku berharap bisa melihat hilir mudik orang-orang di sekitar alun-alun.
"Ini pesanannya, Bang!" Seorang pelayan menyapaku sambil tersenyum. Dia meletakkan secangkir kopi hangat dan beberapa potong roti bakar dalam piring di atas meja.
"Terimakasih...!" balasku sambil membalas senyum pelayan itu.
Aku memasukkan sepotong roti bakar ke mulutku. Rasa lapar yang menyerang perutku sejak tadi, perlahan mulai sirna.
Tiba-tiba seorang wanita menghampiri dan mengulurkan tangannya kepadaku. Aku tidak kenal dengan wanita di hadapanku itu. Â Aku pun merasa baru sekali bertemu dengan wanita itu.
Aku balas jabat tangan wanita itu sambil tersenyum. Aku pikir dia ingin berkenalan denganku. Tentu tidak ada salahnya menerima perkenalan dari seseorang. Apalagi dia seorang wanita. Siapa tahu di kemudian hari bisa menjadi teman hidup. Selama ini aku pun masih melajang, karena belum menemukan wanita pendamping.
Tanpa aku persilahkan duduk, perempuan itu sudah duduk di sampingku. Kemudian tanpa malu-malu, tangannya langsung mencomot roti bakar di atas meja.
"Apakah Abang mau kawin dengan aku?" Wanita itu tiba-tiba bertanya dengan senyum yang menurutku kelihatan aneh.
"Apaaaa...? Kawiiiin...?" Mata dan mulutku membulat. Aku tidak menyangka perempuan itu akan bertutur seperti itu.
"Apa jiwa kamu masih sehat? Kenal saja belum, sudah mau ngajak kawin!"