Mohon tunggu...
AL ARUDI
AL ARUDI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulis dan membaca untuk mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setan Itu Memfitnah Ibuku

28 Juli 2024   08:55 Diperbarui: 28 Juli 2024   08:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hik .hik..hik..!" Wanita tua itu senyum menyeringai. Matanya berbinar tapi mengerikan. Sepertinya dia senang jika aku terbawa emosi.

Aku tak lagi mengeluar sepatah katapun. Aku sudah menyusun rencana dalam kepalaku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan jika wanita tua itu terus memfitnah ibuku. Di hadapan makam ibuku, aku akan mematahkan fitnah yang dilontarkan wanita tua itu

" Baiklah anak muda akan aku katakan dosa ibumu selanjutnya. Ibu kamu semasa hidupnya seorang rentenir sebelum engkau dilahirkan. Dia suka memeras orang dan memakan bunga berlipat-lipat! Hik..hik..hik..!" Dia tertawa lagi.

Aku tak sanggup lagi menahan emosi atas fitnah yang ditujukan kepada ibuku.

Mana mungkin ibuku bisa menjadi rentenir. Jangankan memberi pinjaman kepada orang, untuk makan sehari- hari saja ibuku sudah mengirit. Kehidupan ekonomi kami hanya mengandalkan gaji almarhum bapakku yang tak seberapa. Bapakku hanya lulusan SD di jaman Jepang. Bapakku hanya pegawai rendahan di sebuah perusahaan BUMN.

Aku menarik nafas dan menghembuskannya pelan, agar aku bisa lebih tenang. Tatapanku tertuju ke sebongkah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa yang ada di sisi makam ibuku.

Kali ini aku tak ingin lagi mendengar fitnah yang keluar dari mulut wanita yang sudah keriput itu. Dengan cepat aku meraih sebongkah batu itu. Kemudian aku lempar sekuat- kuatnya ke arah wanita tua renta itu.

Bola mataku hampir keluar dan aku ternganga. Batu yang aku lempar tepat mengenai kepala wanita tua itu. Wanita tua di hadapanku tiba-tiba Berubah jadi asap dan menghilang. Dia meninggalkan bau menyengat yang terasa aneh.

Aku langsung berpikir, wanita tua tadi pastilah bangsa setan yang menyamar di pagi hari. Mungkin dia hendak menggodaku agar benci kepada ibu.

Kemudian aku langsung berdoa untuk ibuku. Melanjutkan doaku yang batal gara gara setan tua tadi.

Sampai kapan pun aku tetap mencintai ibuku. Ibuku adalah cinta abadiku. Aku tak perduli apapun yang dilakukan ibu selama hidupnya. Yang aku tahu kewajiban seorang anak adalah berbakti kepada ibu dan bapak. Dan aku tak akan pernah percaya apa yang dikatakan setan itu tentang ibuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun