"Kemana-mana dia selalu menutup aurat. Setiap dia keluar rumah selalu ditemani bapakku. Kalau bapakku tidak sempat, aku yang menemaninya. Tidak mungkin ibu aku sempat bergaul dengan wanita-wanita di tempat pelacuran! Ibu aku rajin mengikuti pengajian yang ada di tempat tinggal kami! Kamu jangan mengada-ada!" balasku dengan suara mulai meninggi.
Wanita tua renta itu semakin tajam menatapku. Aku sempat bergidik beradu tatap dengannya.
"Hai anak muda! Ketahuilah ibumu jadi pelacur sebelum kau dilahirkan! Wajar jika kau tidak tahu! Hik..hik..hik..!" Dia tertawa lagi.
Aroma tubuh wanita tua itu dibawa angin masuk ke rongga penciumanku. Menurutku bau tubuhnya lebih menyengat daripada bau bangkai tikus. Harum bunga yang ada di sekitar makam tak mampu menutupi bau wanita tua itu.
Perutku terasa seperti diobok-obok dan ingin muntah. Ditambah lagi rasa kesal yang terselubung amarah membuat kepalaku terasa hendak berputar-putar.
"Aku yakin, kamulah yang pelacur orang tua! Sebab bau tubuhmu seperti bau kotoran yang dikeluarkan seorang pelacur! Aku yakin kamu hendak memfitnah ibuku!" Aku membalas wanita tua itu, sambil menahan amarah dan rasa mual di perutku.
"Hik..hik. Â Hiik..!" Lagi- lagi orang tua itu tertawa aneh. "Terserah kau mau percaya atau tidak anak muda. Kau sama saja dengan ibumu, dengan nenekmu, dengan nenek buyutmu. Kalian semua tidak pernah sadar memiliki dosa. Kalian mengira ibadah yang kalian lakukan akan diterima oleh Allah, hah! Hik .hik..hikk..!"
Aku sudah muak mendengar kata-kata wanita tua buruk itu. Dia sudah mendahului Allah. Darimana dia tahu ibuku sudah pasti masuk neraka? Darimana pula dia tahu Allah tidak menerima ibadah seseorang? Setahuku Allah Maha Penerima. Dan tak mungkin Allah ingkar janji.
Aku lihat tubuh wanita tua itu semakin tegang. Sorot matanya berubah merah bagai biji saga.
"Hai anak muda apakah engkau ingin tahu lebih banyak lagi dosa ibumu? Jika engkau kuat mendengarnya akan aku katakan kepadamu!"
Gigiku mencengkram. Aku menatap wanita tua itu dengan tajam. Tubuhku bergetar menahan emosi di hadapan makam ibuku. Hatiku seperti dicabik-cabik oleh perempuan tua di hadapanku.