Mohon tunggu...
al-mujaddid sahidin
al-mujaddid sahidin Mohon Tunggu... -

never ending to stop learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengintip Sisi "Baik" Yahudi

8 Juli 2010   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesimpulan lain yang kita dapatkan mengenai hubungan antara bangsa Yahudi dengan imajinasi adalah "Orang Yahudi memiliki bakat untuk hidup hanya dengan ide-ide imajinatif semata, seakan-akan ide itulah fakta nyata yang sebenarnya." Selain itu Fritz Lentz, orang Yahudi mampu menyerahkan diri mereka sendiri kepada gagasan-gagasan utopis, lalu dengan itu mereka mampu secara tulus memberikan janji yang meyakinkan kepada orang banyak. Contoh lain dari gagasan utopis orang Yahudi yang pada akhirnya dapat menjadi kenyataan adalah berdirinya Negara Israel. Gagasan mendirikan sebuah Negara bagi orang Yahudi adalah buah dari imajinasi "gila" seorang Theodor Herzel. Imajinasi yang kemudian di "dakwahkan" kepada orang-orang Yahudi yang lain dan pada akhirnya terwujud. Negara yang berada di tengah-tengah dunia Timur yang liar, dikelilingi oleh jutaan orang Arab, wilayah yang tandus, tanpa air dan tanpa sumber daya alam (walaupun kemudian justru ditemukan sumber minyak yang melimpah). Itulah poin persisnya. Fakta terwujudnya Negara Israel, turut mendukung ide bahwa imajinasi lebih kuat dari kenyataan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa "jika kita dapat membayangkan kenyataan yang berbeda, menanggalakan semua logika dan kesempatan, maka bisa jadi kita dapat mewujudkan kenyataan tersebut".

***

Next, mungkin diantara kita ada yang mengkritisi dan bertanya mengenai imajinasi. "Jika kita membayangkan diri kita sukses dan kaya raya seperti Donald Trump, kemudian kita akan menjadi Donald Trump ?". pertanyaan yang bagus.

Jawabannya, tentu kita tidak akan menjadi Donald Trump, tetapi kita mempunyai kesempatan untuk menjadi kaya raya dan sukses seperti halnya Donald Trump. Untuk lebih "mengena" mengenai apa yang sudah dibahas, saya mencoba membawa ANDA ke dalam contoh yang lebih konkret.

Coba ANDA tuliskan 2 hal yang angin anda raih dalam 3-4 tahun ke depan ?.[2] Jangan tanggung-tanggung buatlah 2 hal yang ingin dicapai yang "dirasa" belum yakin kita bisa wujudkan. Contoh, 1) 1 Miliyar di Bank. 2) Menjadi Ph.D dalam bidang pendidikan.

Yupz, kemudian saya ingin bertanya apakah ANDA tahu logika dari system berdasarkan proses membayangkan dan menentukan target-target (yang sengaja) lebih tinggi dari kemampuan kita ?. jika belum, saya beri jawabannya. So, ketika kita menetapkan dalam pikiran mengenai bagaimana caranya menghasilakan uang 1 Miliyar di bank, dalam pikiran ANDA kemungkinan akan muncul suatu imajinasi bahwa menghasilkan uang sebayak 5-10 juta menjadi relative mudah. Pada saat yang sama, ketika ANDA memutuskan ingin memperoleh gelar Ph.D dalam bidang pendidikan, maka ANDA akan menjalani studimu seolah-olah ANDA memang sudah Ph.D. Itu artinya, bahwa bahan-bahan yang ANDA pelajari akan lebih mudah karena ANDA akan menjalaninya dengan jalan pikiran bahwa ANDA sudah memahami semuanya.

The Last, Gagasan dasar dari imajinasi orang Yahudi mengatakan : bayangkan hal yang paling mustahil. Tetapkan sasaran-sasaran yang sangat realistis, kemudian pikirkan secara prakstis mengenai bagaimana kita bisa mencapainya, karena segalanya mungkin tercapai.

Bersambung...

[1] Sistem mistisime Yahudi yang berdasarkan pada tulisan-tulisan ajaran kerabian.

[2] Contohnya ANDA saat ini sebagai mahasiswa S1 dan sekaligus sebagai pedagang bakso keliling.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun