Mohon tunggu...
Lia Aini
Lia Aini Mohon Tunggu... -

Veterinarian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Semangat

18 April 2013   18:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:59 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah acara sosialisasi selesai. Siswa digiring menuju kelas untuk mempersiapkan kompetisi memasak. Masakan yang akan dilombakan adalah membuat nugget sehat dengan campuran sayur. Tiga kelas itu mulai rame. Kursi-kursi diangkat dan dipinggirkan. Peralatan perang, (eh maksud saya peralatan memasak) di keluarkan. Kami hanya menyediakan bahan-bahan, jadi peralatan memasaknya sudah disiapkan masing-masing kelompok. Ada 15 kelompok yang ikut kompetisi. Masing-masing kelompok berjumlah 6 orang, jadi totalnya 90 anak. jumalh yang tidak sedikit dengan pendamping hanya 6 orang, 3 dari guru 3 orang dari tim bisnis.

Acara bagi-bagi bahan berjalan dengan lancar. Semuanya telah mendapat bagian sama. Lihat, wajah teman-teman tampak antusias. Hal ini terlihat jelas, dari alat-alat yang mereka bawa sangat lengkap, kompor, nampan, tempat penyajian, toping, dan lain sebagainya telah dipersiapkan. Bahkan ada yang sampai tidak terpakai karena ya memang tidak dipakai. Sebelum mulai membuat adonan, saya dan tim memberikan pengarahan untuk teman-teman. Bahan-bahan apa saya yang harus dicampur terlebih dahulu dan mana bahan yang digunakan untuk sentuhan terakhir. Lengkap, perlahan dan jelas. Dengan alarm yang bersamaan, mereka mulai memasak.
“ustadzah, ini nanti diapakan ayam sama tepungnya?” teriak salah satu anak di kelas utsman
“ustadzah, sayurnya kita kok sedikit, nda ada jagung juga kayak kelompok lain, kan Hana suka jagung” hana menghampiri saya sambil menarik-narik baju dan merengek manja.
“iya sayang, minta ke ustdzah Anis ya untuk ditambahin sayurnya” jawabku sabar.
“ustadzah, Lukman ndak mau minjemin pisaunya, masak dipakai sendiri, Ririn juga ingin ikut masak” eh, yang satu ini ikut-ikutan merengek juga.
“iya sayang, kan bisa gantian” Jawabku sekali lagi sabar.
Di kelompok lain ada yang melontarkan pertanyaan yang sama. Yang lainnya juga bertanya sama persis. Memang harus ekstra sabar. Bagaimana dengan tim yang lain ya...
“ustadzah, jangan kemana-kemana, temenin kita”
“Ustadzah, sini...”
“Ustadzah ini motong sayurnya bagaimana???”
“Ustadzah, Kahfi usil!”
“duh, ustadzah ini kemana to...”
“ustadzah...!!!!”
Alloh, mereka memang lucu, aktif, menggemaskan dan rasa ingin tahunya sangat tinggi.

Tidak habis pikir bagaimana lelahnya guru-guru pengajar mereka yang hampir seharian penuh menghadapi mereka dengan segala kenakalan, manja, dan rasa ingin tahunya yang tinggi. Belum dikali 6 hari dalam seminggu. Satu bulan. Setahun. Yah, maklumlah, namanya juga anak. Sebagai seorang pengajar, mengajar dan membimbing anak didik sudah menjadi naluri dan tanggung jawabnya. Dulu mungkin saya juga seperti mereka. Bandel, begajul, dan susah di atur. Bedanya saya di desa dan mereka di kota. Ah, di desa memang lebih indah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30. bel berbunyi pertanda siswa-siswi harus segera bergegas menuju masjid sekolah untuk melaksanankan shalat dzuhur berjama’ah. Lomba sudah sampai di tahap pengukusan. Jadi bisa ditinggal. Lihat saya dan tim, kucel gara-gara menghadapi anak-anak brilian yang serba ingin tahu, satu-satu harus dijelaskan dengan detai dan berulang. Kami pun ikut beristirahat sejenak dan mengikuti mereka ke masjid sekolah.
Lihat, baru kali ini saya melihat sekolah dasar dengan 2 mushalah yang lumayan besar. Dulu saja di SD saya tidak ada masjid, boro-boro masjid, tempat shalat saja tidak ada, terpaksa kalau shalat harus pulang kerumah dulu. Jarak sekolah dan rumah hanya 500 m. Setelah shalat dzuhur dan makan siang, bergegas kembali ke sekolah, melewati pematang dan sungai kecil. Yah, namanya juga di desa.

Saya terpesona dengan mereka siang ini. Sebelum jama’ah dimulai mereka muroja’ah (mengulang hafalan), tartil dan serempak, antara panjang pendek dan makhraj pun sesuai dengan bacaan. Yang dihafal bukan sekedar surat-surat pendek, melainkan juz 29 dan 28 yang didalamnya terdiri dari beberapa surat panjang. Subhanallah, sungguh anak-anak yang cerdas. Saya malu dengan mereka, betapa tidak, melihat hafalan saya yang masih gratul-gratul (ah, tapi sama hebatnya juga kok dengan mereka. Membanggakan diri, mau dapat 3 juz, minta do’anya ya. Hee)

Setelah shalat dzuhur, saya dan tim kembali ke kelas terlebih dahulu. Siswa-sisiwi masih asik dengan rutinitasnya dimushalah. Setiba di kelas kami dan para ustdzah melihat keadakan masakan nugget teman-teman. Terpaksa ikut turun tangan meniriskan kukusan nugget dan menaruhnya di kelompok masing-masing bagi nugget mereka yang sudah masak. Kelas masih sepi. Teman-teman tim masih sibuk membereskan peralatan memasak. Saya berkeliling sejenak sambil melihat karya dan hasil kreasi teman-teman SD Islam. Sejenak kemudian, saya tertarik dengan tempelan kertas-kertas di dinding depan ruang kelas mereka. Ku baca judulnya, ‘TARGETKU DI KELAS 5’, tulisan milik salah seorang siswi kelas 5 Abu Bakar. Aku berdecak kagum. Anak-anak sekolah dasar di sini memang sudah didik untuk disiplin, mandiri, dan bermimpi.

Mereka benar-benar sudah berani bermimpi apa yang akan mereka inginkan ketika dewasa. Mimpi mereka tidak hanya angan-angan, akan tetapi mereka sudah berani menuliskannya. Ya, di selembar kertas yang kubaca tadi, berjudul “TARGETKU DI KELAS 5’. Meskipun tidak muluk-muluk untuk memimpikan akan menjadi apa mereka kelak. Setidaknya, ambisi untuk berubah menjadi lebih baik dan mendapatkan kejadian yang spesial di tahun ini mereka sudah menargetkannya.

Target mereka sederhana tetapi luarbiasa. Kalau tidak salah baca, ada yang bertuliskan seperti ini,
Farhan : TARGETKU DI KELAS LIMA
-    LULUS SERTIFIKASI HAFAL JUz 28
-    BERTANGGUNG JAWAB (HABIS NUMPAHIN MINUMAN, SEGERA DI-PEL)
-    HARUS MANDIRI
-    NILAI UJIAN MINIMAL 95
-    PUNYA PESAWAT DAN MOBIL SPORT
-    MEMBUAT MOBIL SPORT
AMIN..

Hafifah : Impianku... aku ingin menjadi juara 1 dan aku ingin menjadi peraih nilau UASBN dengan nilai yang sangat memuaskan serta bisa berbakti kepada kedua orang tua. Dan semoga Alloh mempertemukan aku, umi, dan abi di surga, Amiinn...
Dan semoga aku bisa haji dan menghajikan umi dan abi. Serta diberi rizki yang banyak entah dalam bentuk kesehatan maupun harta. Yang terakhir, aku ingin semua harapanku di dengan Alloah. Amin..
Shabira : aku ingin khatam Al-Qur’an dan aku ingin nilai ipaku mendapatkan nilai 100.hobiku menggambar dan satu lagi aku ingin membahagiakan orang tua. Amiinn..

Nisa :
Targetku Tahun ini
-    Lulus sertifikasi hafalan Jus 29
-    Nilai pelajaran di atas 75
-    Ingin menjadi orang kaya
-    Setiap selasa rabu jualan jajan di kelas
-    Ingin punya bisnis
-    Ingin membeli mobil

Sungguh luarbiasa anak-anak ini. Baru kelas 5 SD, mereka sudah memiliki mimpi dan berani menuliskannya. Mimpinya sederhana, unik, dan lucu. Tidak seperti saya dulu  ketika SD. Banyak dari teman-teman saya jika di tanya guru di sekolah “kalian kalau besar mau jadi apa?”. Maka jawabannya akan terdengar serempak “Dokter ustadzah..”. Jawaban klasik akan tetapi membutuhkan perjuangan untuk mendapatkannya. Saya sendiri tidak ikut-ikutan di forum tanya jawab ketika itu. saya memilih diam, karena saya memiliki mimpi yang lebih dari itu (hanya menyangkal).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun