Sedang LSM yang mendorong perluasan Bukit 12 menjadi taman nasional kini hidup dengan kemewahan, nama besar dan eksistensi, dengan mudahnya melemparkan kondisi kekinian Orang Rimba Bukit 12 sebagai tanggung jawab negara.
Orang Rimba hanya dijadikan ikon untuk mencapai kepentingan konservasi saja, ketika itu tercapai kemudian mencari target-target baru untuk dikonservasi lagi, mainkan isu lagi, jualan lagi, begitulah seterusnya.
Mereka hampir dipastikan gagal mengurusi dampak yang timbul akibat dari kepentingan konservasi itu sendiri yang justru melahirkan banyak pelanggaran terhadap hak asasi masyarakat adat Orang Rimba Bukit 12.
Andai pemerintah serius memperhatikan Orang Rimba sebagai Masyarakat Hukum Adat sejatinya laporan KomnasHAM adalah dasar evaluasi bahwa ada hal-hal yang harus dibenahi untuk Bukit 12 yang kini sudah 15 tahun menjadi Taman Nasional.
Tak ada kata-kata terlambat jika ada kemauan dan kepedulian terhadap Orang Rimba yang kini semakin tebal di bawah bayang-bayang ancaman.
Agar tidak ada lagi pertanyaan, sesungguhnya siapa yang menarik untung dari Orang Rimba dan perluasan Taman Nasional Bukit 12.
*Refleksi 15 tahun bersama Orang Rimba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H