"boleh aku meminta fotomu sekedar iseng saja untuk memanaskan malamku yang selalu sepi. tak akan ku makan fotomu, hanya penghibur sunyi".
"ok.. gak apa-apa".
sudah datang bulan keempat kesemuan itu tertelan waktu yang terkalahkan oleh cahaya rembulan purnama ketika berganti dengan pagi. semburat wajah kecut itu masih tergeletak di retina mata. Â cucuran kata rapat terpendam tak terkupas oleh angin malam yang menggerogoti purnama. awan tak mampu menyerap cahaya purnama itu saat esok bulan keempat. binar-binar purnama menyingkirkan segalanya. cahayanya tersebar kilau, menerangi retina mata yang semakin memperjelas bayang-bayang semu. andai saja belum datang bulan keempat esok, maka retina mata masih akan tertawa memandang puas gelak tawanya. tanpa pertemuan namun ada perpisahan.
terpaksa bermain dengan semu lagi.