[caption id="attachment_130125" align="alignleft" width="300" caption="4 maret 2010 (dok.p)"][/caption]
bermula menangis ketika dunia memanggil
kemudian berjalan bergandeng tangan dengan waktu
....
"hei siapa ? bukankah kau orang yang ku temui saat dua tahun lalu? di kantor itu melototi tubuh hinaku".
"kamu siapa?"
"kalau ingat dua tahun lalu, kau pasti tahu wajahku".
------
beberapa hari datang saling bercanda
"kamu dulu dengan siapa?" kata semu
pikir saja...jawab sinis realita
"boleh aku meminta fotomu sekedar iseng saja untuk memanaskan malamku yang selalu sepi. tak akan ku makan fotomu, hanya penghibur sunyi".
"ok.. gak apa-apa".
sudah datang bulan keempat kesemuan itu tertelan waktu yang terkalahkan oleh cahaya rembulan purnama ketika berganti dengan pagi. semburat wajah kecut itu masih tergeletak di retina mata. Â cucuran kata rapat terpendam tak terkupas oleh angin malam yang menggerogoti purnama. awan tak mampu menyerap cahaya purnama itu saat esok bulan keempat. binar-binar purnama menyingkirkan segalanya. cahayanya tersebar kilau, menerangi retina mata yang semakin memperjelas bayang-bayang semu. andai saja belum datang bulan keempat esok, maka retina mata masih akan tertawa memandang puas gelak tawanya. tanpa pertemuan namun ada perpisahan.
terpaksa bermain dengan semu lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI