"boleh aku meminta fotomu sekedar iseng saja untuk memanaskan malamku yang selalu sepi. tak akan ku makan fotomu, hanya penghibur sunyi".
"ok.. gak apa-apa".
sudah datang bulan keempat kesemuan itu tertelan waktu yang terkalahkan oleh cahaya rembulan purnama ketika berganti dengan pagi. semburat wajah kecut itu masih tergeletak di retina mata. Â cucuran kata rapat terpendam tak terkupas oleh angin malam yang menggerogoti purnama. awan tak mampu menyerap cahaya purnama itu saat esok bulan keempat. binar-binar purnama menyingkirkan segalanya. cahayanya tersebar kilau, menerangi retina mata yang semakin memperjelas bayang-bayang semu. andai saja belum datang bulan keempat esok, maka retina mata masih akan tertawa memandang puas gelak tawanya. tanpa pertemuan namun ada perpisahan.
terpaksa bermain dengan semu lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H