Sudah dua hari yang lalu, Niken membuat janji, aku menunggunya dari pukul setengah lima sore di pinggir jalan. Waktu ku terbuang sia-sia. Ia tidak kunjung datang. Terpaksa aku pergi tanpa di temani siapapun.
Meskipun sempat menggerutu sepanjang jalan, memasuki Toko Buku-- keluar dengan membawa buah tangan. Buku ini akan ku hadiahkan saja untuk Kakaknya. Â Bagaimana nanti reaksi Niken? Setelah melihat hal ini.
Sesampainya di Parkiran motor, aku tak sengaja membaca gerobak keliling: Pempek. Tak jauh dari tempatku berdiri.
"Bang, berhenti!" Dengan suara menekan aku berhasil menghentikan bakul empek-empek.
Aku segera melajukan motor, turun, dan berdiri di samping gerobak.
"Bang, beli pempeknya."Â
"Mau berapa porsi, Neng?"Â
"Satu saja."
Aku memperhatikan di balik kaca gerobak, ada pempek isi daging, dan isi telor. Pempek itu baru saja diangkat dari penggorengan. Kemudian ada empat botol bekas sirup yang dijadikan tempat isi kuah pempek. Diletakkan paling pinggir di sebelah panci, kompor gas.
Bakul pempek tengah merajang mentimun hingga menjadi potongan yang tipis-tipis. Memotong pempek menjadi empat bagian.