Yang bikin saya gedek, Pak Broto ini cuma tahu ancer-ancer rumahnya. Di Bojongmangu penjualnya bernama Pak Soni. Sesampainya di kampung itu.
Setiap bertemu orang sekitar kampung, yang berdiri di halaman rumahnya. Beliau bertanya, "Pak kenal Pak Soni bengkel, eh Pak Doni opo yo namane. Sing arep ngedol motor."Â
Katanya namanya Pak Soni, sekarang Pak Broto ingatnya Pak Doni. Yang betul itu namanya siapa? Saya sampai bingung sendiri. Cari alamat orang yang belum jelas namanya, kenalan Pak Broto itu. Sampai-sampai orang kampung sini keluar rumah, mendengar keributan orang bertanya-tanya. Di mana rumah Pak Soni? Astaghfirullah, Pak Broto, Pak Broto kalau tahu begini saya mending cari informasi sendiri. Saya menggerutu dalam hati.
Saya lebih memilih membuka ponsel, berteduh di bawah pohon mangga. Sendirian, membiarkan Pak Broto yang kebingungan di rumah orang. Lalu, jemari Saya memainkan layar ponsel, berselancar di grup jual beli motor bekas di Kota sendiri. Saya pun berhasil menemukan informasi. Ada iklan yang baru saja di-posting kemudian langsung menelepon penjualnya.Â
"Rege pas se piro, Gan?"
Di postingannya motor butut itu dijual dua juta dua ratus, saya akan menawarnya menjadi dua juta. Kelengkapan motornya hanya ada BPKB tidak masalah. Yang penting bukan STNK saja, karena membeli motor yang cuma STNK rawan terkena hukum bisa saja itu motor curian. Jika ada BPKB itu motor sudah jelas milik sendiri, yah meskipun STNKnya sudah hilang.
Kami menempuh perjalanan selama setengah jam untuk bisa ke sana. Tiba-tiba rintik-rintik hujan turun semakin deras membuat saya bingung. Kami tidak membawa jas hujan. Saya sendiri memakai pakaian lengan panjang, dan celana panjang. Namun, saya mengkuatirkan Pak Broto yang hanya mengenakan kaos saja.Â
"No, ojo banter-banter jalane." Bagaimana saya memelankan laju motor, ini masih di jalur cepat Pantura.Â
Saya melaju ke jalur sebelah kiri, ke jalur pelan. Pak Broto pergelangan tangannya gemetar, sedikit meremas pinggul saya.
Setelah sampai di tempat, kami disambut dengan ramah. Dihidangkan singkong hangat dan dua gelas teh hangat. Melihat bibir Pak Broto yang membiru. Saya menyuruhnya minum dahulu. Pak Broto lebih banyak diam, saat saya mengecek motor.Â
Angka yang tertera di plat nomor apakah sama dengan di BPKB. Saya benar-benar teliti. Takutnya dijerat hukum jika salah sedikit saja. Saya yang kena sanksi. Semua jelas, sesuai dengan motor dan angkanya tidak ada yang berubah. Saya bisa bernapas lega.