Aku menunduk sopan. Nenek itu tak membawa apa-apa. Dalam benakku, aku mulai bertanya-tanya di mana kerupuk dagangannya. Mungkinkan sudah diberikan ke orang lain. Kasihan juga yah, jualan kerupuk tak seberapa, jualan di sana harus bayar tempat.Â
Baru saja ingin menyalakan starter, aku menoleh ke arah spion. Nenek itu sudah menghilang, atau mungkin saja mampir ke warung makan di sebelah timur itu.
Perjalanan pulang melewati lampu merah, lalu lintas begitu ramai pengendara motor. Tepat di sebelah tangan kananku, ada emak-emak yang mengenakan daster. Kemudian lampu hijau menyala, saat hendak tancap gas. Emak-emak tadi mendahuluiku, beruntung aku di belakangnya.Â
Andai saja, aku tidak lebih sabar mungkin akan bernasib sial. Aku menghirup napas lega dan mengingat doa dari Nenek penjual kerupuk itu.
***
Pemalang, 26 Agustus 2022
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H