Part 14. Surat Untuk Mila
-
Brak!!
Gebrakan meja dari sebuah tangan anak remaja Perempuan. Seekor macan yang tengah kelaparan mencari mangsa. Dengan cara mengencangkan suara setengah oktaf. Berbagai macam tuduhan ditujukan kepada Keti.
"Apa yang kau bicarakan mengenai aku pada teman-teman?"
Keti tak pernah mencari masalah dengan siapapun. Ia hanya gadis lugu yang berpikir lambat. Masih berdiam diri di tempat, seperti yang sudah-sudah jika ditanggapi Keti yang akan sakit hati. Karena tak ada tanggapan Eca membuat keributan. Beruntung guru masuk kelas.
Waktu pelajaran pun berakhir, Keti menunggu beberapa teman pulang sampai ruangan kelas tampak sepi.
Hanya ada Keti dan Ibu Rosi. Guru bahasa indonesia yang dia segani. Keduanya berbincang serius.
"Ket, dua minggu ada acara lomba baca puisi. Ibu pikir kamu layak mengikutinya. Ini kesempatan buat kamu. Jadi jangan disia-siakan."
"Benarkah, Bu. Keti siap kok, Bu."
Keti memang pandai menyembunyikan kesedihan. Kekuatan terbesar dari dirinya ialah bangkit dari keterpurukan. Meskipun masalah tak pernah larut, lalu kesepian selalu mendekap erat dalam perjalanan kehidupannya. Keti tetap berusaha tersenyum.
Pada hari H berlangsung di Gedung Sekolah Smansa. Keti berjuang mengikuti lomba membaca puisi tingkat SMA bersama kakak kelasnya sebut saja Kak Panji-- pria kurus, bertumbuh tinggi mengenakan kacamata serta hidung mancungnya yang menyangga sungguh terlihat sempurna.