Di perpustakaan sudah ada Deva yang menunggu di bangku biasa. Dia selalu menemaninya. Mereka saling diam, sibuk dengan bacaan masing-masing.
"Gantian aku mau baca novel ini," kata Deva dan langsung merebut paksa.
Deva memang seperti itu selalu sengaja mengganggunya untuk memulai percakapan.
"Nih, tetapi halaman yang sudah kulipat jangan dibenerin. Aku belum selesai baca, ngerti kan Dev."
"Iya, bawel."
Keti tersenyum, dia pun membalas senyumnya.
Keti tak sengaja melirik Deva, tatapan mereka bertemu. Dasar Deva, dia hanya berpura-pura membaca dengan membalik-balik buku. Keti menggeleng cepat.
"Aku lapar, Ket. Gimana kalau kita ke kantin? Aku yang traktir deh."
"Tapi, aku lagi pengen baca novel."
Keti membalikkan badan membelakanginya. Deva menarik telapak tangannya. Kini mereka telah menautkan jemari. Deva tak mau melepaskan pegangannya menuju ke kantin sekolah.
Deva memesan satu porsi tempe mendoan dan dua gelas es teh.