Putra benar Keti memang teman baiknya tetapi mereka sudah jarang melewati kebersamaan semenjak terjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua. Keti belum mengetahui siapa yang menyebarkan gosip itu.
"Percuma, Putra! Mila tidak pernah membalas suratmu. Itu hanya buang-buang waktu," kelakar Keti berharap Putra mau mengerti.
"Bukan, masalah. Asal dia masih tersenyum padaku saat bertemu. Itu cukup membuatku senang, Ket."
Putra benar-benar keras kepala. Keti masukkan suratnya ke dalam tas. Ia pun bergegas pergi dan berpapasan dengan Eca yang tengah masuk kelas. Melirik Keti dengan tatapan tak suka.
**
Keti dan Mila sudah berada di gerbang sekolahan. Keti lebih dulu menyapanya. Â Kemudian memberikan surat dari Putra.
"Simpan kamu saja, Ket. Bilang ke dia aku tidak suka dengan suratnya," tolak Mila dan berlalu pergi.
Lagi-lagi begini, tidakkah dia bisa menghargai orang lain. Cukup satu surat saja dia memberi balasan. Setidaknya agar Putra berhenti berharap padanya. Pikir Suketi. Surat yang akan diberikan untuk Mila terpaksa ia simpan. Putra tak perlu tahu untuk menjaga hatinya, Keti sangat kasihan melihat Putra terluka.
Keti hanya perlu menunggu waktu yang tepat. Dia bisa menjelaskan semuanya untuk berhenti mengharapkan Mila yang tak pernah menanggapi perasaan cintanya. Meskipun ia sudah berusaha berulang kali menyakinkan Putra dan berakhir dalam pendiriannya sendiri. Akan tetap mengejar cinta Mila yang tidak pernah terbalaskan.
Terkadang Keti mempunyai pikiran untuk berpura-pura menulis balasan. Akan tetapi, Keti tak tega juga takut ketahuan. Yang ada Putra tak mau lagi percaya dan hubungan pertemanan yang semula baik-baik saja akan merenggang.
"Keti, apa yang kamu pikirkan? Di kelas Mulu. Kamu tidak istirahat," ajak Mila.
Keti menggeleng dan memilih pergi ke perpustakaan.