"Kau sama saja tidak memiliki tujuan, Ket. Kau pintar dan menarik. Kamu pasti punya langkah awal tujuan hidupmu Ket. Yang penting, Semangat!" Dio tak henti menyemangati.
"Yah.., tentu saja Kak."
Semangkok bakso telah dihabiskan tanpa tersisa sedikitpun. Rasa sedap dilidah mengundang rasa nikmat apalagi ditemani mantan kakak kelasnya. Dio masih sama, sikapnya tak pernah berubah dan peduli kepada Suketi. Walaupun dua tahun telah terlewati tak ada pertemuan khusus, mereka masih akrab dan suka bercanda saat menghabiskan waktu bersama.
Melihat detik waktu di pergelangan tangan Dio. Suketi tahu itu jam tangan baru. Keti ingin sekali bercanda soal jam tangan barunya tetapi diurungkan niatnya, tiba-tiba Suyati dengan Niko datang menghampiri mereka.
Suyati duduk di samping kirinya sedangkan Niko di samping kanan Dio. Â Duduk saling berhadapan. Suyati tampak salah tingkah dengan ekspresi senyum yang aneh.
Keti sengaja menepuk punggung Suyati sambil berdehem. Lalu Niko dan Dio mengambilkan segelas air putih untuk Keti secara berbarengan. Mereka pikir tersedak.
"Ket, ini cepat minum," kata Kak Dio.
Niko terlebih dahulu menyodorkan minuman, "Ini diminum."
Karena minuman Niko yang lebih dekat, Keti meraih minuman itu dan walau anggapan orang lain beda. Keti menghargai kebaikan mereka.
Ada kekecewaan di sudut mata Dio, membuat senyum Suyati pudar dalam waktu singkat.
"Oh, jadi Kak Niko selama ini. Ah sudahlah_" tuduh Suyati menyembunyikan raut muka cemburu, memilih beranjak dari tempat duduknya.