Part 1. Mensyukuri Nama
"Nama memiliki arti menunjukkan jati diri seseorang itu istimewa."
-----
"My name is Suketi. There are... I'm is… "
Gadis remaja yang memiliki nama asli Suketi. Terbiasa disapa Ketty itu tengah bergeming lalu menghentikan kalimat. Pada saat seluruh temannya menertawakan. Tertawa ketika Suketi berbicara bahasa inggris.
Suketi mengerutkan dahi. Ini sangat memalukan.Â
Dia lebih yakin jika disuruh berbicara bahasa jawa daripada harus berbicara bahasa Inggris. Pikirnya susah setengah mati.Â
Lihatlah sekarang apa yang terjadi di hadapannya. Suketi menjadi tontonan teman-temannya. Seperti Suketi sengaja mempermalukan dirinya sendiri di depan kelas.
Ah.. mengapa harus ada pelajaran bahasa inggris di Sekolahnya? Lagi-lagi hati Suketi mengeluh.Â
Ingin rasanya dia lari keluar. Namun, bagaimana? Suketi bukan malaikat yang tiba-tiba bisa menghilang sesuka hatinya. dia hanya manusia biasa yang setiap hari mau tidak mau harus menghadapi kenyataan sendiri. Bukan pecundang yang lari saat ditimpa masalah.
Belum lagi ejekan dari teman yang suka menertawakan namanya. Seperti ini Suketi atau Suket yang berarti rumput. Bukankah rumput adalah tanaman liar yang dicabut kemudian dibuang.Â
Gadis itu tidak ingin menjadi rumput liar. Andai saja dia bisa mengganti namanya menjadi Bintang yang selalu memberikan cahaya di waktu malam. tetapi itu tidak mungkin. Nama ini pemberian dari Bapaknya. Meskipun kata orang jelek tetapi bagi orang tuanya tentu baik.
Suketi tidak pernah tahu alasan orang tuanya memberikan nama ini. Yang jelas semua orang tua akan memberikan nama yang baik kepada anaknya dan memiliki arti yang baik pula.
**
Suketi terbiasa menjalani hari-hari sendirian tanpa teman. tetapi lebih baik seperti ini karena teman datang kalau ada maunya.
Seperti waktu kemarin ada yang meminjam buku tugas rumah atau menyontek sewaktu ulangan. Setelah itu Suketi tidak dibutuhkan lagi.
Yang jelas manusia memang terlahir sendirian mati pun akan sendirian. Begitu pula dirinya menjalani hari-hari sendirian di ruang kelas kadang di perpustakaan pun tetap sendirian.
**
"Ini bolpoinmu kan?" tanya Suketi.
Kemudian pria remaja itu mengambil paksa bolpoin di tangan Suketi tanpa mengucapkan terima kasih.
Suketi kembali pada tugasnya mencatat pelajaran bahasa indonesia, hasil dari tulisan di papan tulis.Â
Yah..., seperti inilah kehidupannya. Tidak ada teman yang mau berbincang dengannya kecuali Suyati, teman sebangkunya.
**
Lomba mengarang puisi diadakan di Sekolah SMP Bina Bakti. Suketi mengikuti lomba tersebut.
Pesertanya dari kelas satu sampai tiga--pria maupun wanita.Â
Ayan juga menjadi pesaingnya, di dalam kelasnya. Lomba itu sedang diadakan.
Suketi duduk di bangku belakang, letaknya di pojok kiri. Sedangkan Ayan berada di bangku paling depan. Di kelas Suketi yang ikut hanya 20 anak.
Entah, di kelas dua dan tiga Suketi belum tahu jumlah pesertanya. Bayangkan kelas satu saja sudah ada 4 kelas terdiri dari kelas A, B, C dan D. Pesaing tentu banyak.
Yang menjaga Pak Ari selaku guru bahasa inggris bekerja sama dengan guru lainnya. Jelas saja Suketi mengenal baik juri yang akan menilai. Bu Tere selaku guru bahasa Indonesia.
Lomba puisi bertema Emansipasi Wanita, untuk merayakan Hari Kartini. Suketi termenung sejenak mengambil jeda beberapa menit, karena waktu diberikan hanya setengah jam saja.
Dia memberikan judul puisinya Emansipasi Wanita sama seperti pada tema lomba. Baru satu kalimat Suketi hapus. Tulis lagi dihapus lagi. Berulang kali dia berpikir, diulang-ulang, tulis lalu dihapusnya lagi.Â
"Hmm, sepertinya aku harus berdoa agar Allah memberikan sedikit ide padaku."
Gadis itu mulai berdoa meminta pada Allah untuk melancarkan kegiatan di hari ini. Sepertinya Allah mendengar doanya. Kalimat demi kalimat bisa dirangkai dengan indahnya. Judulnya dia ganti menjadi, 'Cerita Seorang Wanita.'
Kira-kira dia akan menuliskan seperti ini,
Bergulir bumi di atas langit
Di balik sudut matahari
Tertatih kaki mungil
Yang melangkah sendirian
Roda-roda yang menyaksikannya
Digiling, terlindas di jalan kota
Yang penuh dengan harapan
wanita itu terus saja melangkah
Maju dan maju!
Menyongsong derajat kaumnya
Yang tertinggal jauhÂ
Sebelumnya
Harapannya hanya satu
Satu, menghilangkanÂ
Sebuah perbedaan
Hingga pada masanya
Usahanya pun tak sia-sia
Oh..., Ibu Kartini
Engkaulah pahlawan
Di Negeri kami
---
Lalu pengumuman pemenang pun segera dimulai. Dimulai dari juara harapan yang kemudian juara 1, 2 dan 3.
Ternyata Ayan menjadi juara 2 di lomba tersebut. Dilanjutkan nama "Suketi" yang keluar menjadi juara 1 di lomba mengarang puisi.
Semua teman memberikan ucapan selamat kepadanya. Bahkan semua guru pun yang hadir di sana juga memberikan selamat. Suara tepukan meriah terdengar di telinga Suketi.
Inilah hari di mana Suketi mensyukuri namanya. Serta keajaiban Tuhan yang memberikan sebuah harapan agar tidak harus menyesali kehidupannya.Â
"Alhamdulilah Ya Allah."Â
Rasa syukur itu terus saja menggema di hati Suketi.
***
Pemalang, 18 Juni 2022
….
Dulu Novel ini berjudul Suketi Is the Best namun setelah direvisi dan bertambah bab diganti menjadi Love Story of the Dreaming.Â
Saya sedang berusaha menuntaskan novel ini hingga selesai semoga bisa. Semangat 😊🤗
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI