"Gagal lagi, Bude. Bude kalau boleh tahu dahulu rumah kontrakan itu punya siapa?"
Idham memberikan kunci rumah kontrakan kepada Bude Ratih. Dan, menggeser kursi kayu ke arah televisi.Â
Bude Ratih mulai bercerita, memutar waktu di mana dia kerapkali akan merenovasi rumah kontrakan itu. Ada kejadian yang membuat nyeri.Â
Saat pukul 12 siang, tukangnya tak berhenti  membetulkan genting. dia MENGGERUNG terpental dari atas menuju lantai keramik. Seseorang mendorong namun tak tampak batang hidungnya. Setelah itu sampai sekarang, tulang kakinya patah.Â
Bude Ratih merasa bersalah setelah kejadian itu si tukang akhirnya menjadi pengangguran. Tiga anaknya yang kecil-kecil menggantungkan pendapatan dari sang ibu. Dan, anak terakhir terpaksa dirawat oleh mertuanya.
"Jadi, benar Bude kontrakan itu memang angker. Ada perempuan berambut panjang, bermuka rata," Idham bertanya sekali lagi.
"Loh, Idham tahu dari mana. Idham pernah lihat hantunya?"
"Kata Ibu Idham, Bude."
"Benar ada, Dham. Itu hantu wanita simpanan pejabat yang dahulu menempati rumah itu. Dia meninggal di rumah itu juga," ujar Bude Ratih dengan memandang langit-langit atap.Â
"Mengapa Bude baru bilang sekarang?!" Gertak Idham mendelik.Â
"Bude tidak ingin mengungkapkan kebenaran di rumah itu, Bude cuma ingin rumah itu bisa dijual atau bisa dikontrakkan lagi. Kalau perlu hantu itu diusir dari sana."