Senja telah berlabuh menuju ke singgasana namun langit tetap cerah. Dua perempuan berhijab bersama satu anaknya masing-masing tengah menunggu seseorang.
Lelaki yang mengendarai sepeda motor bermerek Honda menghentikan laju kendaraan. Beranjak menyapa mereka.
"Maaf, Bu. Sedikit telat. Mari masuk," ajaknya dengan senyum datar.
Lelaki dengan celana pendek dan kaos berlapis jaket bernama Idham segera membuka gerbang rumah kontrakan.
Rumah dengan halaman yang luas terdapat taman, dulunya bekas kolam ikan, dinding berlumut sedikit lembab sudah bukan lagi air terjun buatan.
Selain itu halaman depan, rencananya akan dibuat Toko kecil-kecilan, oleh orang yang ingin mengontrak.
"Ini ruang tamunya, Bu." Ujar Idham sembari menjelaskan ruang lain.
"Luas ya, Mas. Temboknya kayak baru di cat," tutur Bu Rani perempuan bercadar yang nantinya akan tinggal di Kontrakan ini.
Bu Rani datang bersama sahabatnya yang rumahnya lumayan dekat dari sini. Namanya Bu Darmi. Anak Bu Rani yang berbadan gempal berusia lima tahun ikut melihat-lihat dan masuk ke dalam.Â
"Mah, mah ... Airnya hitam ada ikannya nda."
Bu Rani tertawa melihat ucapan anaknya. Saat di ruang dapur, anak Bu Rani dan Bu Darmi mendekati ruang yang lain. Ada Taman di ruang belakang. Dindingnya seperti patung guratan tubuh wanita tanpa busana. Anak Bu Rani karena penasaran meraba-raba patung tersebut. Dibarengi dengan anak Bu Darmi yang memutar-mutar keran namun airnya macet, tidak mengalir sama sekali. Sanyo sengaja dicabut.