"Ini uang palsu, kan." Katanya.
"Bukan Bu, lihat ini." Pembeli membela diri satu tangan menyerahkan lembaran kertas merah.
Menyembunyikan tangan kirinya ke belakang pantat. Memegang sesuatu. Saat perdebatan makin riuh. Pembeli itu hendak kabur.Â
Bu Panda meletakkan telur ditangannya. Belum sempat aku bertanya mau ke mana, Bu Panda dengan sigap mengejar penipu penyebar uang palsu itu.
Aku melihat Bu Panda berhasil menyergap-- wanita usia tiga puluhan memakai kerudung berwarna hijau yang terlepas dari balutan wajah. Bu Panda memeluk tubuh gempalnya. Sampai menarik hijab tampak kalung permata di leher. Pelakunya begitu cantik memakai perhiasan lengkap, seperti toko emas berjalan.
Masker dan hijabnya di buang sembarang tempat oleh Bu Panda. Pelaku itu diserahkan ke pedagang pria asli orang Batak yang wajahnya begitu sangar. Dibawa ke post satpam untuk disidang.Â
"Rin, langsung pulang saja. Ibu tidak mau jadi saksi. Ribet, bolak-balik ke kantor polisi," ujarnya berjalan dengan terburu-buru.Â
Kami tak jadi beli telur, keluar pintu menuju ke arah selatan untuk menghindari kerumunan.
"Orang yang nipu pakai uang palsu sudah tertangkap itu di angsana, yang nangkap ibu-ibu. Berani banget ya," kata orang yang berjalan di sebelahku.Â
Bu Panda sudah mengenakan masker agar tidak ada seorang pun yang bisa mengenali wajahnya. Dia tidak ingin kebaikannya menjadi pahlawan diketahui banyak orang.
"Untung yah sudah ketangkep pelakunya, benar-benar meresahkan pedagang," begitu komentar para pedagang di pasar.