Malam membisu seribu bahasa hadirnya memberi sejuta kebahagiaan. Saat buah cinta kami tengah terlelap aku lamat-lamat memperhatikan dari lubang jaring pembaringan.
"Aku tak menyangka bisa melahirkannya," ucapku lirih.
Mas Galih terdiam menatapku dengan wajah berbinar. Di dalam sebuah Klinik Aini proses persalinan berjalan lancar selama dua malam aku pun diperbolehkan pulang.
Kami sudah mempersiapkan nama untuknya. Bayi laki-laki bermata sipit, kulit putih dengan dagu membelah di tengah bernama Gala Wangsa. Nama yang menurut kami baik berharap ia akan menjadi seorang Pemimpin.
Malam berikutnya menjadi awal pertama aku menjadi seorang ibu. Rupanya tak mudah, dipaksa untuk bangun mendengar rengek tangis harus mengganti popok bayi atau menyusui.
Tubuh ini begitu lelah, mata sembab menahan tangis ketika puting susu terasa nyeri. Tidak mudah memang. Hampir saja diri ini menyerah memaksa Mas Galih untuk mengganti susu sambung.
Susu formula telah disiapkan oleh Mas Galih meskipun masih memberi buah hatiku ASI hanya setiap siang sedangkan malam harinya menyediakan susu dalam botol.
"Asih, lihat anakmu kulitnya memerah sepertinya tidak cocok susu formula."
Tanggapan Ibu mertua selesai memandikan Gala. Aku rasa bukan karena alergi susu tapi sebuah bedak, pikirku tertahan dalam diam. Mas Galih mengiyakan ucapan Sang Ibu. Aku tak mungkin membantah suamiku. Demi Gala aku bertahan tinggal bersama mertua.
Seperti biasa tubuh ini seakan remuk tulang, menjalani aktivitas seharian yang tak ada hentinya. Kurang tidur, Mas Galih juga tak pernah gantian bangun untuk sekedar membantu mengganti popok Gala.
Hari demi hari berlalu meninggalkan kesedihan, Gala tumbuh dalam sebulan pipinya tampak berisi dan kakinya bertambah panjang. Aku menikmati menjadi ibu muda.
Yang terpikirkan dalam benak, melihat Gala tumbuh sehat adalah sebuah kebahagiaan. Titipan Tuhan yang harus disyukuri karena ini adalah sebuah rezeki.
Kelak aku ingin menjadi ibu yang penyabar untuknya agar bisa mengajarinya banyak hal. Tentang hidup baru yang nanti ia akan jalani di masa depan untuk tetap menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
***
PML, 7 Nov 21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H