"Allah ada, untuk hati yang dekat."
Saldo tersisa 0 rupiah
Fajar tak menyangka akan mengalami kejadian hari ini. Isi ATM-nya terkuras habis oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Bahkan satu jam sebelumnya, Ia yakin angka nol berderet panjang mencapai ratusan juta tertera di sana. Bayangkan betapa frustasi Fajar penuh emosi. Dada terasa sesak-- modal usaha niat untuk diputar ulang gagal. Jatuh miskin dalam sekejap. Mendadak hutang menumpuk, ditambah lagi tagihan rumah yang belum lunas.
Sebelum kejadian, di sebuah ATM pinggir jalan. Sebelah Utara dari arah persimpangan. Berdiri sendiri jauh dari deretan ruko lainnya. Pria itu memasuki sebuah ruang sempit. Ramai pengunjung, namun sibuk dengan dunia masing-masing.
Lelaki dengan pakaian serba rapi, mengintai dari bilik kaca.Â
Pria berhidung mancung masih memencet sandi. Lelaki yang sok-akrab menepuk punggung. Menanyai, "masih lama, Mas."
ATM berpindah tangan lain, Sang Pemilik belum juga menyadari. Pertukaran kartu begitu cepat seraya terhipnotis. Mungkin sudah terbiasa melakukannya. Alhasil, setelah lelaki yang mengajaknya berbincang pergi.
Fajar kembali ke dunianya. Kenyataan pahit dalam kasus penipuan. Dengan kedok pertemanan. Jadi siapa yang harus disalahkan? Selain keteledoran dirinya sendiri.Â
Jika Fajar tahu kejadian pahit akan menimpanya. Ia tidak mungkin datang sendirian. Tahu begini minta diantar Mang Ali, sopir pribadinya.