Mohon tunggu...
Panji Ansari
Panji Ansari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Islam Memandang Pluralisme

31 Maret 2019   08:16 Diperbarui: 31 Maret 2019   08:47 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Suatu bangsa yang terdiri dari suku dan agama yang beragam dan masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga yang berlainan, semua itu menunjukkan adanya perbedaan, keragaman, dan keunikan, namun tetap dalam satu persatuan.

Pluralisme terhadap agama merupakan kenyataan historis yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Dalam permasalahan sekarang ini, agama hanya dijadikan pembatas dalam sisi manusia. Sebagai dampaknya timbul sikap-sikap ekslusivisme para penganut agama, sikap saling mencurigai, intoleran yang berakhir dengan ketegangan sosial, pengrusakan, permusuhan jiwa, dan sebagainya.

Ironisnya lagi adalah perubahan kondisi sosial ekonomi yang dipacu oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, membawa serta perubahan-perubahan dalam cara berfikir, menilai, dan menghargai hidup , serta  realisasi pluralisme dalam beragama.

Ini semua membawa kekaburan nilai yang  nilai yang sebenarnya selalu ada dalam proses perkembangan dan perubahan masyarakat, serta dalam pribadi seseorang. Alangkah indahnya jika paham pluralisme mengedepankan  nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung di dalamnya untuk kemudian diserap dan diterapkan dalam kehidupan sosial beragama.

Dengan demikian, kemajemukan agama akan dapat melahirkan sebuah rahmat yang indah, dimana yang satu dapat mengisi satu sama lainnya, sehingga ada unsur saling melengkapi dan saling memahami. Islam melalui kitab suci Al-Quran memberikan pendidikan nilai kesadaran pluralisme agama terhadap umat manusia diantaranya tampak dari sikap-sikap Al-Quran memandang pluralisme.

Al-Quran memandang nilai pluralisme sebagai kebebasan dan pengakuan eksistensi agama lain. Muhammad Quraisy Shihab dalam wawasan Al-Quran menyatakan, Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan yang dianggapnya baik. Dalam kaitannya dengan pluralisme manusia meyakini bahwa kebenaran ada dalam genggaman Tuhan.

Nilai tenggang rasa dan saling menghormati dalam masyarakat majemuk yang menghimpun penganut beberapa agama, teologi eksklusivis tidak dapat dijadikan landasan untuk hidup berdampingan secara damai dan rukun.

Indonesia dengan mayoritas penduduk Islam harus mampu memberi contoh pada umat agama lain bahwa teologi eksklusivis bagaikan tanaman yang tidak senyawa dengan bumi Indonesia. Al-Quran jauh sebelumnya telah menegaskan semangat saling menghormati demi tercapainya kehidupan keagamaan yang harmonis.

Oleh karena itu, masalah ini menjadi tanggung jawab yang suci bagi pemuka-pemuka agama. Semangat saling menghormati ini juga diberikan Nabi Saw. sebagaimana riwayat yang dikutip oleh Zainuddin Ali dalam Pendidikan Agama Islam, "Sesungguhnya Rasulullah SAW. pernah melihat jenazah lewat lalu beliau berdiri. Ada yang memberi tahu,bahwa jenazah itu adalah seorang Yahudi. Lantas,beliau menjawab,"bukankah dia juga manusia?"

(HR. Muslim 960).

Paradigma keberagamaan yang pluralis bukan menganggap semua agama sama namun, dapat menerima pendapat dan pemahaman agama lain yang memiliki basis ketuhanan dan kemanusiaan. Dengan pemahaman beragama seperti ini, pada akhirnya nilai-nilai universal yang terkandung dalam agama seperti kebenaran, keadilan, kemanusiaan, perdamaian dan kesejahteraan umat manusia dapat ditegakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun