Pemimpin harus memiliki penguasaan teks normatif dari ketiga komponen diatas. Karena disitulah keadilan dan kebenaran (true perseption) akan menemukan andilnya. Segala kebijakan, pencarian keadilan bahkan pemutusan klaim membutuhkan dasar yang kuat, biar tidak oleng bila dihempas iming-iming kekuasaan. Pekerjaan yang menggunung harus dilandasi oleh dasar yang kuat pula.
Koruptor sangat pintar berpura-pura dan bermain api politik. Hanya pemimpin KPK yang pintar dan energik yang bisa mengatasi. Pemimpin yang mempunyai kemandirian keilmuan, landasan yang kuat dan jelas. Semua landasan filosofis ini termaktub dalam teori yang digagas oleh Wahyu NH. Aly.
Abraham Samad perlu bertukar pikiran dengan Wahyu dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Seperti yang dilakukan Ahmadinejad kepada Ali Akbar Javanfekr, hingga membuat negara Iran benar-benar berkembang dan terus sejahtera mengalahkan negara-negara adikuasa. Landasan nasionalisme normatif yang digagas Wahyu selayaknya dimiliki atau setidaknya diambil oleh Abraham Samad.
* Tim Penulis:
1. Muhammad Akrom (Sekretaris yayasan Kodama Yogyakarta dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa pasca sarjana Linguistik di Universitas Indonesia),
2. Bashar Dikuraeshin (Ketua Lembaga Kajian Sinergia Yogyakarta [LKSY] sekaligus Pimred Majalah Sinergi), dan
3. Nurdin Lubis (Pimpinan Dar at-Tarjamah [Rumah Terjemah] Arab-Indonesia / Indonesia-Arab Yogyakarta).
Artikel terkait :
- Bedah Sastrawan Monumental (William Shakespeare dan Wahyu NH. Aly)
- Wahyu NH. Al_Aly; Vis A Vis Agama dan Negara