Mohon tunggu...
Akrim Lahasbi
Akrim Lahasbi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Lulusan S1, sedang mencari Beasiswa untuk S2 | Penulis Frelance | Kader IMM | Penulis Buku Indonesia, Pemuda Dan Krisis Pemikiran | Buku Ironi Bangsaku | Wakil Presiden Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta. Email : akrimlahasbi8@gmail.com Wa : 0812-3898-4942

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Dosen dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam Dakwah Kolaborasi

7 Oktober 2021   10:37 Diperbarui: 7 Oktober 2021   10:47 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebenaran milik kita yang meyakini benar, yang tidak menjadi suatu kebenaran ialah sesuatu yang tidak kita yakini benar. Saya pikir pada persoalan dakwah ialah bagaimana kita mencoba memberikan pesan-pesan tentang suatu yang benar dan suatu yang salah menurut pandangan ahli maupun agama. Dalam hal ini tentu saja, kita perlu membangun nuansa kolaboratif yang mana syiar tentang apa yang menurut kita benar bisa disampaikan dengan kolektif.

Semuanya berawal dari pertanyaan salah satu teman kelas yang mengajak saya ke pojokan kantin kampus pada beberapa saat yang lalu, ia bertanya “Mas, saya mau berIMM dan mau tahu lebih dalam tentang Muhammadiyah, tapi kok mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyah saya hanya disuruh presentasi setelah itu tanya jawab dan selesai,” tanya si teman kepada saya dengan serius. Ia melanjutkan “Bagaimana aku bisa tertarik dengan tentang Muhammadiyah yang notabene di masyarakat bahkan saya sendiri masih belajar apa itu Muhammadiyah dan apa tujunnya?”.

Isi kepala dan hati serasa kaget ingin menjawab seperti bagaimana? Apa yang kita perjuangan tentang dakwah Muhammadiyah di dalam ortom, yang mana Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang memang salah satu organisasi kemahasiswaan diakui di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah, sejatinya salah satu tugas pokok fungsinya ialah berdakwah di ranah mahasiswa. Akan tetapi semua itu tidak secara instant dilakukan, harus melewati proses pengenalan yang cukup panjang.

Kembali ke maksud dari pertanyaan teman kelas tersebut yang hari ini menjadi Kader IMM. Bahwasanya, saya pikir kesenjangan pola gerakan dakwah tidak pada aspek pengajian saja yang kita ketahui, karena memang kita tahu bersama bahwa pola pikir masyarakat terhadap Muhammadiyah masih jauh dari unsur benar Muhammadiyah sebagai organisasi atau persyarikatan, tetapi seolah masih menganggap sebagai suatu bentuk paham baru diluar dari apa yang mereka pelajari sebelumnya. Dan itu tidak hanya pada pemikiran masyarakat, tetapi banyak dari pemikiran mahasiswa yang berkuliah di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah itu sendiri.

Dosen dan IMM Peran Bersama

Saya pikir Dosen dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang ada dalam kampus Muhammadiyah adalah mitra dakwah Muhammadiyah. Maka jika ada yang bertanya tentang apa tujuan IMM, maka sebagai kader IMM akan menjawab mewujudkan tujuan utama dari Muhammadiyah sebagaimana tertuang dalam AD/ART IMM Bab II Pasal 6.

Seperti yang saya rasakan ketika mendapatkan mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyah, cenderung dosen pengampuh memberikan pola kuno tentang mata kuliah yang saya pikir sakral tersebut dimana itulah pintu awal menjelaskan Muhammadiyah secara kontekstual bukan lagi secara tekstual (baca, presentasi, penutup), melainkan membangun mitra bersama ortom sebagai alat ukur dakwah Muhammadiyah jika dosen merasa perlu mengubah pola agar dakwah-dakwah seperti itu terus hidup dan mengubah pemikiran mahasiswa terhadap Muhammadiyah itu sendiri.

Saya pikir, gambaran tentang Muhammadiyah seutuhnya ada didalam kebijakan dosen sebagai pemegang kebijakan tentang mata kuliah yang diampuh. Deni Al Asy’ari mengatakan dalam bukunya Selamatkan Muhammadiyah: Agenda Mendesak Warga Muhammadiyah “ Hanya saja kondisi yang ada saat sekarang justru sungguh sangat disayangkan. Sebab di tengah melimpahnya potensi Muhammadiyah sebagai hasil ijtihad dan perjuangan para pimpinan Muhammadiyah sebelumnya, justru kini bagi sebagian orang (warga Muhammadiyah) cenderung memposisikan Muhammadiyah sebagai lahan empuk untuk tempat bersandar dan memenuhi kebutuhan hidup mereka baik secara pribadi maupun kelompok” (baca:hal 4)

Memang perlu dakwah Muhammadiyah dengan tujuan menjadikan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya tersebut tidak hanya pada masyarakat formal saja, melainkan masyarakat yang ada dalam amal usaha Muhammadiyah yang memang belum mengetahui betul tentang arah gerak dakwah Muhammadiyah.

Dari pertanyaan teman saya diatas itulah menjadi kritik besar kepada dosen-dosen pengampuh matakuliah yang berkaitan dengan Muhammadiyah. Yang bagaimana kemudian membangun kolaborasi bersama Ortom yang ada dalam kampus Muhammadiyah itu sendiri. Ini bukan persoalan perebutan peran dakwah, tetapi persoalan bagaimana ketika antara warga Muhammadiyah yang ada memberikan ruang dan mengambil kesempatan yang sama dalam berdakwah, toh semua juga untuk dan kembali kepada Muhammadiyah.

Pola Ruang Dakwah

Mengapa demikian seperti ini, ada sebuah kekhawatiran yang lebih dari saya sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang selalu mendapatkan pertanyaan memang menurut saya adanya suatu bentuk komunikasi yang harus diubah oleh dosen-dosen terkait, sebab IMM tidak memiliki hak atas ruang kelas, tetapi dosen memiliki kebijakan lebih dalam aturan main untuk bagaimana kemudian ruang dakwah bersama diemban tanpa saling menyulitkan.

Sederhana begini, pola yang sebelumnya dan sering digunakan (Memberikan silabus Matakuliah, presentasi, tanya jawab, penutup). Pola seperti biasanya akan membentuk kesadaran terhadap Muhammadiyah yang semu dan cenderung tidak memiliki atensi terhadap dakwah Kemuhammadiyahan. Maka ketika saya berdiskusi bersama teman-teman pengurus tentang tawaran Mitra antara Dosen dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam aspek dakwah Muhammadiyah melalui mata kuliah yang dimaksud (AIK, Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadist dll).

Dengan mitra tersebut, matakuliah Al-Islam Kemuhammadiyah dan serupa lainnya tidak bersifat dalam ruang kelas saja tetapi ketika apapun diskusi dan kajian tentang Muhammadiyah yang diadakan oleh IMM yang ada dalam kampus atau Ortom di wilayah tinggalnya mahasiswa tersebut menjadi salah satu indikator penilaian dosen dari laporan kegiatan pelaksana dari Ortom kepada dosen sesuai jumlah pertemuan yang ditentukan, maka ada arah yang inklusif yang akan dibangun oleh Ortom, Dosen dan Mahasiswa.

Kemudahan seperti perlu dibangun dengan kesadaran yang penuh, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merasa di tugasfungsikan berdakwah secara komprehensif. Demikian dari itu akan ada implikasi sosial yang dibangun antara Dosen, Ortom dan Mahasiswa. Saya meyakini akan banyak pemikiran positif yang dibangun oleh Mahasiswa tentang Muhammadiyah dimana indikator penyampaian dan pendekatan tentang Muhammadiyah yang akan dilakukan tidak hanya pada tataran fungsional tetapi berjangka dengan menyesuaikan Trilogi gerakan IMM itu sendiri.

Dalam artian, Mahasiswa dapat mengetahui keberadaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam perguruan tinggi sebagai organisasi ekstra yang bergerak tidak hanya pada tataran dalam kampus melainkan memiliki riwayat diaspora yang cukup besar baik kepada masyarakat ataupun pada aspek lainnya. Perlu kita sadari bersama dakwah Muhammadiyah ialah dakwah amar ma’ruf nahi mungkar.

Hal serupa dalam QS. Ali Imran dengan tegas dikatakan, “bahwa jadilah kamu umat terbaik dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar,” atau orang yang mengajak orang lain pada kebaikan dan mencegah seorang melakukan keburukan. Tentu saya pikir ruang dialektika IMM tentang Muhammadiyah dengan gerakan Amar ma’ruf nahi mungkar dimana semua akan kembali pada kepentingan dakwah. Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas sebagai trikompetensi dasar bisa ditanamkan pada pemikiran Mahasiswa sebagai pegangan sosial, itu akan melahirkan memori kolektif Mahasiswa kepada dosen dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang ada di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Terakhir dari ungkapan Moeslim Abdurrahman : “ Saya melihat dalam Muhammadiyah telah banyak orang yang larut untuk beramal shaleh dan menggunakan Muhammadiyah sebagai media beramal. Tetapi, ada satu hal yang tidak lazim di temukan di Muhammadiyah yakni Muhammadiyah sebagai Rumah Intelektual “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun