Pola Ruang Dakwah
Mengapa demikian seperti ini, ada sebuah kekhawatiran yang lebih dari saya sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang selalu mendapatkan pertanyaan memang menurut saya adanya suatu bentuk komunikasi yang harus diubah oleh dosen-dosen terkait, sebab IMM tidak memiliki hak atas ruang kelas, tetapi dosen memiliki kebijakan lebih dalam aturan main untuk bagaimana kemudian ruang dakwah bersama diemban tanpa saling menyulitkan.
Sederhana begini, pola yang sebelumnya dan sering digunakan (Memberikan silabus Matakuliah, presentasi, tanya jawab, penutup). Pola seperti biasanya akan membentuk kesadaran terhadap Muhammadiyah yang semu dan cenderung tidak memiliki atensi terhadap dakwah Kemuhammadiyahan. Maka ketika saya berdiskusi bersama teman-teman pengurus tentang tawaran Mitra antara Dosen dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam aspek dakwah Muhammadiyah melalui mata kuliah yang dimaksud (AIK, Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadist dll).
Dengan mitra tersebut, matakuliah Al-Islam Kemuhammadiyah dan serupa lainnya tidak bersifat dalam ruang kelas saja tetapi ketika apapun diskusi dan kajian tentang Muhammadiyah yang diadakan oleh IMM yang ada dalam kampus atau Ortom di wilayah tinggalnya mahasiswa tersebut menjadi salah satu indikator penilaian dosen dari laporan kegiatan pelaksana dari Ortom kepada dosen sesuai jumlah pertemuan yang ditentukan, maka ada arah yang inklusif yang akan dibangun oleh Ortom, Dosen dan Mahasiswa.
Kemudahan seperti perlu dibangun dengan kesadaran yang penuh, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merasa di tugasfungsikan berdakwah secara komprehensif. Demikian dari itu akan ada implikasi sosial yang dibangun antara Dosen, Ortom dan Mahasiswa. Saya meyakini akan banyak pemikiran positif yang dibangun oleh Mahasiswa tentang Muhammadiyah dimana indikator penyampaian dan pendekatan tentang Muhammadiyah yang akan dilakukan tidak hanya pada tataran fungsional tetapi berjangka dengan menyesuaikan Trilogi gerakan IMM itu sendiri.
Dalam artian, Mahasiswa dapat mengetahui keberadaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam perguruan tinggi sebagai organisasi ekstra yang bergerak tidak hanya pada tataran dalam kampus melainkan memiliki riwayat diaspora yang cukup besar baik kepada masyarakat ataupun pada aspek lainnya. Perlu kita sadari bersama dakwah Muhammadiyah ialah dakwah amar ma’ruf nahi mungkar.
Hal serupa dalam QS. Ali Imran dengan tegas dikatakan, “bahwa jadilah kamu umat terbaik dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar,” atau orang yang mengajak orang lain pada kebaikan dan mencegah seorang melakukan keburukan. Tentu saya pikir ruang dialektika IMM tentang Muhammadiyah dengan gerakan Amar ma’ruf nahi mungkar dimana semua akan kembali pada kepentingan dakwah. Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas sebagai trikompetensi dasar bisa ditanamkan pada pemikiran Mahasiswa sebagai pegangan sosial, itu akan melahirkan memori kolektif Mahasiswa kepada dosen dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang ada di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Terakhir dari ungkapan Moeslim Abdurrahman : “ Saya melihat dalam Muhammadiyah telah banyak orang yang larut untuk beramal shaleh dan menggunakan Muhammadiyah sebagai media beramal. Tetapi, ada satu hal yang tidak lazim di temukan di Muhammadiyah yakni Muhammadiyah sebagai Rumah Intelektual “
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI