Puasa adalah salah satu dari lima rukun Islam. Rukun Islam sendiri berarti beberapa perkara yang mendeskripsikan keislaman seseorang. Mengenai puasa, sedianya telah disyariatkan dalam Islam sejak masa nabi-nabi dahulu, adapun di era Muhammad saw, puasa diwajibkan pada tahun ke dua Hijriah.
Secara definitif, puasa dapat diartikan sebagai sebuah ritual agama dengan tidak melakukan atau menjauhi segala hal yang dapat membatalkan puasa. Tata cara puasa juga terbilang mudah, di mana perinciannya tidak serumit salat, yang banyak rukun dan syaratnya. Puasa lebih mudah dikerjakan karena hanya dengan tidak melakukan, maksudnya meninggalkan hal yang merusak puasa itu sendiri.
Di antara rukun puasa adalah niat, dengan catatan, jika itu adalah puasa wajib, maka dalam mazhab Syafi'i diharuskan berniat di malam hari, mulai setelah terbenamnya matahari sampai sebelum terbitnya fajar.Â
Selanjutnya adalah tidak makan dan minum di siang hari, sejak masuknya waktu imsak, ditandai dengan azan Subuh hingga terbenam matahari, tepatnya waktu maghrib.Â
Rukun yang terakhir adalah tidak mengerjakan segala yang membatalkan puasa, yaitu berbagai hal berupa memasukkan sesuatu ke rongga terbuka, semisal telinga, hidung dan mulut.Â
Yang jarang orang pahami adalah bahwa puasa tidak hanya sebatas ritual menahan diri, melainkan melatih diri untuk bersabar dan konsisten dalam menjaga pahala. Saat melaksanakannya, sebagain manusia kerap lupa jika menuruti hawa nafsu merupakan kekejian yang mewarisi cederanya ganjaran ibadah puasa.
Ghibah, namimah, hasud dan pelbagai model akhlak tercela, tentunya menyeret orang yang berpuasa menuju kefatalan. Persis seperti yang tergambar dalam salah satu hadis, "Berapa banyak orang berpuasa, yang tidak menghasilkan apapun dari puasanya kecuali lapar dan dahag." (HR. Ibnu Majah).Â
Berlandaskan dari fakta demikian, Imam Ghazali (1111 M), melalui karyanya Ihya Ulumiddin, sebuah kitab monumental, mengklasifikasikan puasa dalam tiga kelompok.Â
Pertama, Shaumul Awam
Puasa orang awam, yaitu puasa di mana pelakunya hanya tau bahwa puasa sebatas tidak melakukan hal yang membatalkan, tapi tak menelisik lebih jauh perihal berbagai unsur yang mencacati puasanya. Rukun puasanya lengkap, hari-harinya juga tak lepas dari menuruti dorongan nafsu.Â
Kedua, Shaumul Khushus
Levelnya semakin tinggi, di mana puasa khusus hanya dilakukan oleh orang-orang yang berilmu dan paham mengenai hakikat berpuasa. Dalam setiap puasanya, pelaku shaumul khusus paham betul bahwa mereka sedang menjalani proses menjaga jiwa dari gugatan nafsu.
Ketiga, Shaumul Khushus
Berbeda dari yang sebelumnya, puasa ini adalah puasanya orang salih, shiddiqin dan anbiya'. Seraya berpuasa, tak kering bibirnya dari syukur, zikir dan lantunan kalam ilahi. Setiap saat yang dilalui dalam keadaan berpuasa, sedianya mereka mengamati hikmah-hikmah puasa dan tetap hatinga hanya terpaut Allah swt sebagai tujuan berpuasa.Â
Maka dari ketiga kategori di atas, mari introspeksi diri pribadi masing-masing! Melihat kembali dan menilai sejauh mana sudah puasa yang selama ini dipersembahkan. Adakah kerancuan dalam menunaikannya, banyakkah kekurangan yang tak tersadari selama menjalaninya? Semoga di bulan suci ini,Ramadhan 1441 H, kita dapat memaksimalkan ibadah dan meningkatkan kualitas ketaqwaan kepasa Ilahi. Amin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H