2. Sentralisasi: Seiring berjalannya waktu, Paguyuban Pasundan mungkin cenderung menjadi lebih sentralisasi dalam pengambilan keputusan dan pemberian sumber daya. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam partisipasi dan manfaat bagi anggota di daerah yang lebih terpencil atau terpinggirkan.
3. Relevansi: Ada pertanyaan tentang sejauh mana Paguyuban Pasundan tetap relevan dalam menghadapi tantangan dan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang cepat di Indonesia. Apakah organisasi ini mampu beradaptasi dan merespons kebutuhan dan aspirasi masyarakat Sunda yang terus berkembang?
4. Ketergantungan pada Pemerintah: Ada kekhawatiran bahwa Paguyuban Pasundan mungkin terlalu bergantung pada dukungan dan arahan dari pemerintah, yang dapat membatasi kemandiriannya dalam memperjuangkan kepentingan dan aspirasi masyarakat Sunda secara mandiri.
5. Inklusi Gender dan Generasi Muda: Meskipun memiliki sejarah yang panjang, Paguyuban Pasundan mungkin belum sepenuhnya memperhatikan inklusi gender dan partisipasi aktif generasi muda dalam kegiatan dan pengambilan keputusan
Dalam menganalisis sejarah Paguyuban Pasundan, penting untuk mempertimbangkan berbagai perspektif dan konteks sosial, politik, dan budaya yang mempengaruhinya. artikel ini dapat menjadi panggilan untuk refleksi dan perubahan yang lebih baik dalam memandu peran dan arah organisasi ini di masa depan.
(Artikel ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas wawasan kepasundan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H