Mohon tunggu...
Akmal Ariswan
Akmal Ariswan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya hanya manusia biasa yang banyak salah dan kurangnya. Mohon kritik dan sarannya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Belajar dalam Kitab Ta'lim Muta'allim dan Silakramaning Agumor-Gumor

3 Januari 2023   09:30 Diperbarui: 3 Januari 2023   09:51 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu adalah kunci yang sangat penting dalam kehidupan. Karena ilmu juga menjadi sarana bagi kita untuk memahami dan menjalankan perintah dan larangan Allah kepada kita. Jika seseorang tidak mempunyai ilmu, maka keimanannya tidak sempurna. Karena ilmu merupakan bagian dari syari'at. Sebab untuk menjalani perintah Allah harus sesuai aturan yang sah.  Sehingga amalan tersebut dapat diterima di sisi Allah. Begitu pula untuk menjauhi larangan Allah, kita juga perlu ilmu tentang larangan-larangan Allah. Sehingga, kita menjalani perintah dan larangan Allah tidak berlebih-lebihan.

Maka, dapat dikatakan bahwa ilmu termasuk kebutuhan lebih besar manusia daripada makan dan minum. Sebab, jika dibandingkan kebutuhan makan dan minum yang hanya dua sampai tiga kali dalam sehari, kita membutuhkan ilmu setiap saat. Karena dalam keberlangsungan agama dan dunia membutuhkan ilmu.

Dalam menuntut ilmu pun juga membutuhkan ilmu, yaitu ilmu tentang adab menuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu harus mengerti tentang hal itu. Karena adab menuntut ilmu sangat mempengaruhi keberhasilan seorang penuntut ilmu, selain itu juga mempengaruhi keberkahan ilmu itu sendiri. Dan ada pun kitab yang menjelaskan tentang adab menuntut ilmu ada banyak sekali. Pada artikel kali ini, penulis akan bersumber dari dua kitab, yaitu kitab Ta'lim Muta'allim karya Imam Az-Zarnuji dan Silakramaning Aguron-Guron

1. Kitab Ta'lim Muta'allim

    Kitab Ta'lim Muta'allim merupakan salah satu karya dari Imam Az-Zarnuji yang terkenal di kalangan pesantren. Kitab ini kerap kali dijadikan pedoman oleh seseorang ketika menuntut ilmu. Dalam kitab ini beliau menuliskan adab-adab yang harus dilakukan oleh seseorang ketika ia belajar. Maka, seseorang yang menuntut ilmu diwajibkan memiliki kitab ini. Karena kitab ini akan sangat berguna untuk kesuksesan dan keberhasilan seorang penuntut ilmu, dan menentukan berkah atau tidaknya ilmu yang ia dapatkan.

    Imam Az-Zarnuni menjelaskan bahwa seorang penuntut ilmu harus memiliki niat yang baik dalam belajarnya. Karena niat adalah penentu apa yang akan ia dapatkan. Dan seorang penuntut ilmu harus mengutamakan belajar ilmu tauhid terlebih dahulu, daripada belajar ilmu lainnya.

Selain yang sudah dijelaskan di atas, seorang ilmu juga harus memiliki takdzim terhadal ilmu dan ahli ilmu (guru):

     a. Seorang penuntut ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan manfaat ilmu melainkan dengan cara menghormati ahli ilmu (ilmu)

     b. Seorang penuntut ilmu tidak boleh berjalan di depan guru

     c. Seorang penuntut ilmu tidak boleh menduduki tempat duduk guru, tidak boleh mendahului pembicaraan guru tanpa seizinnya, juga tidak boleh banyak berbicara di hadapan gurunya

     d. Seorang penuntut ilmu harus memperhatikan waktu, tidak bertanya saat sedang bosan

     e. Seorang penuntut ilmu juga harus memuliakan dan menghormati siapa saja yang memiliki hubungan dengan gurunya, seperti istrinya, anak-anaknya, dan kerabat dekat lainnya yang ada hubungan darah, begitu juga teman-teman gurunya.

2. Silakramaning Aguron-Guron

     Silakaramaning Aguron-Guron merupakan naskah didaktik yang mengandung ajaran moral bagi para siswa dalam melakukan pembelajaran. Naskah ini ditulis menggunakan bahasa kawi dengan konsep edukatif yang sangat berguna bagi siswa selama ia melakukan pembelajaran. Sebab itu, naskah ini sangat penting untuk dijadikan acuan oleh seorang selama proses pendidikan dalam mendidik siswanya.

     Berkenaan dengan etika seorang siswa kepada guru, berikut adalah kutipan yang diajarkan dalam Lontar Silakramaning Aguron-Guron lembar 1b yang menjelaskan etika yang harus dilakukan oleh seorang sisya (siswa) kepada seorang guru:

Nihan ila kramaning aguruan-guruan, haywa tak baktiring guru kita sang sewaka dharma, haywa iman-iman, haywa amilu angumpt ring guru, haywa tan jati tuhum haywa tan satya tuhu, hywan gidk tampaking guru unguhaning ararahup, hywa niklakn tuduh, haywa konkon guru, haywa lungguh palungguhaning guru, haywa tiba ring arping guru, hywa mgat-mgat wcananing guru, saban riya dening panon juga, sahadania pengnaning tumurunga juga, haywa kita amet sandikania, makadi alalawanan walu-waluning guru, dahat petaka denta tan pangucap pwa sambi mungkur, sambi miang, yata milu kasmbah anaking guru. 

Matangnian hana guru putra putri, innutakn de sang yogiwara ring sang sewaka dharma ring sang guru putra guru putri, lamun sang sewaka dharma malungguh, haywa tan mineh angadg ring natar, sang guru putra muang sang guru putri, yan alungguh haywa ring urinta, kauri dening wong lian kawasa, maweh tda maweh spah tan kawasa ring sang guru putra muang sang guru putri, anpak tan kawasa.

Terjemahan:

Inilah tata krama berguru. Janganlah engkau yang menuntut ilmu tidak bakti kepada guru, jangan ragu-ragu, jangan memaki guru, jangan tidak jujur, janganlah tidak sungguh-sungguh setia, janganlah menginjak bayangan guru pada tempat mencuci muka, jangan menolak perintah guru, jangan memerintah guru, jangan duduk di tempat duduk guru, jangan merebahkan diri dihadapan guru, jangan memotong pembicaraan guru, bila bertemu guru jangan menatapnya. Bila guru sedang berdiri atau berjalan maka menghormatlah. 

Jangan menentang perintah guru, begitu juga terhadap istri guru, sangatlah celakanya, jangan berkata sambil membelakangi (guru), (atau) sambil berjalan. Begitu pula putra putri guru patut dihormati. Itulah sebabnya ada yang disebut guru putra dan guru putri, diteruskan oleh orang yang bijaksana kepada orang yang sedang menuntut ilmu pada guru putra dan guru putri. Jika murid duduk (di atas) janganlah guru putra dan guru putri diijinkan berdiri di halaman. 

Kalau (guru putra dan guru putri) duduk janganlah diberikan duduk di belakangmu. (Tetapi) dibelakangi oleh orang lain boleh. Tidak boleh memberikan makanan dan sisa (makanan) kepada guru putra dan guru putri. Dan lagi seorang murid tidak dibolehkan menendang (guru putra dan guru putri).

Kutipan di atas menjelaskan beberapa etika yang harus dimiliki oleh seorang sisya (siswa), yaitu:

    a. Seorang sisya (siswa) hendaknya berbakti kepada gurunya

    b. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak ragu

    c. Seorang sisya (siswa) hendaknya selalu berkata jujur

    d. Seorang sisya (siswa) hendaknya bersungguh-sungguh dan setia dalam belajarnya

    e. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak menginjak bayangan guru di tempat cuci muka, dan di mana pun

    f. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak memerintah gurunya dan taat pada perintah gurunya

    g. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak duduk di tepat duduk guru

    h. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak merebahkan di depan gurunya

    i. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak memotong pembicaraan guru

    j. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak menatap wajah gurunya ketika bertemu, atau hendaknya menundukan padangan ketika bertemu gurunya

    k. Apabila seorang guru berdiri atau berjalan, maka seorang sisya (siswa) harus menghormati

    l. Seorang sisya (siswa) hendaknya tidak menentaang gurunya

    m. Apabila sedang berbicara dengan guru, seorang sisya (siswa) hendaknya tidak membelakangi gurunya, atau berbicara sambal berjalan

    n. Seorang sisya (siswa) hendaknya berlaku seperti itu pula kepada istri gurunya, putra putri gurunya, berserta keluarga dan kerabat guru lainnya

     Dari pemaparan di atas, kedua kitab tersebut menjelaskan tentang bagimana etika seorang penuntut ilmu ketika belajar. Seorang penuntut ilmu harus memuliakan ilmu dan ahli ilmu. Karena seseorang tidak akan mendapatkan ilmu dan manfaatnya selain dengan menghormatinya. Kitab Silakramaning Aguron-Guron menjelaskan banyak sekali etika menuntut ilmu yang harus dilakukan oleh seorang sisya (siswa). Kemudian diperjelas dan dilengkapi melalui kitab Ta'lim Muta'allim karya Imam Az-Azrnuji. Kitab Ta'lim Muta'allim menambahkan bahwa seorang penuntut ilmu harus memiliki niat yang lurus. Karena niat merupakan langkah awal yang harus diluruskan oleh seorang siswa.

Sumber:

Az-Zarnuji, 2019. Ta'lim Muta'allim. Solo: AQWAM

Irawan M. N., Aguk, 2018. Akar Sejarah Etika Pesantren di Nusantara Dari Era Sriwijaya Sampai Pesantren Tebu Ireng dan Ploso. Tangerang Selatan: Pustaka IIMaN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun