Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tugas Kita, Tetap Melawan Ideologi Kekerasan Pasca Runtuhnya ISIS

3 April 2019   09:14 Diperbarui: 3 April 2019   09:20 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demi NKRI - merdeka.com

Dunia mungkin patut gembira ketika ISIS dinyatakan kalah seratus persen. Namun dunia juga patut khawatir, karena ideology kekerasan yang ditanamkan ISIS ke seluruh anggotanya, masih ada dan berpotensi terus menyebar melalui kecanggihan teknologi dan media sosial. 

Ketika pasukan ISIS terus dibombardir pasukan koalisi, pemimpinnya sempat memberikan perintah agar anggotanya untuk kembali ke negaranya masing-masing dan menguasai media sosial. 

Tak heran jika ketika itu ISIS seringkali menyebar video kekerasan di internet. Dan kini, bibit kekerasan itu terus menyebar dan menjelma ke segenap perilaku masyarakat.

Sadar atau tidak, sebagian masyarakat kita saat ini justru aktif menyebarkan dan menyuburkan bibit radikalisme. Maraknya perilaku intoleran di masyarakat, entah itu dalam bentuk persekusi ataupun perilaku tidak manusiawi merupakan indikasi. 

Ketika isu perbedaan agama selalu menjadi persoalan, padahal Indonesia adalah negara yang mengakui banyak agama, tentu menjadi bibit radikalisme.

Ketika ujaran kebencian seakan menjadi kebiasaan baru, tentu juga berpontensi menumbuhkan bibit radikalisme. Karena dasar dari radikalisme adalah intoleransi. Ketika dalam diri kita masih memelihara bibit intoleransi, maka bibit radikalisme itu berpotensi bisa muncul dengan wujud yang berbeda.

Seperti kita tahu, pemerintah Indonesia sempat menyatakan ada sekitar ratusan WNI yang bergabung dengan ISIS dan bersiap pulang ke Indonesia. Lalu, ketika mereka akan kembali bagaimana dengan sikap kita? 

Apakah mereka sudah pasti akan meninggalkan paham kekerasan pasca runtuhnya ISIS? Menjadi tugas kita bersama untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar. 

Menjadi tugas Densus 88 dan aparat keamanan, jika memang menemukan ada indikasi mereka melakukan tindakan teror. Tapi menjadi tugas kita bersama, untuk terus menebar pesan damai.

Ideologi Pancasila terbukti telah mampu menyatukan keanekaragaman suku, budaya, agama dan bahasa dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia. 

Ideologi Pancasila yang selama ini seringkali dipersoalkan oleh kelompok radikal, jauh lebih bermanfaat dibandingkan ideologi kekerasan yang seringkali ditunjukkan kelompok ISIS. 

Tak dipungkiri, para simpatisan ISIS dan bibit radikalisme yang seringkali digunakan kelompok radikal, masih ada di Indonesia. Sel-sel tidur jaringan terorisme di Indonesia juga masih ada.

Karena itulah, merangkul keragaman dengan mengadopsi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari perlu dilakukan. Bagaimana caranya? Mulailah menjaga perilaku dan ucapan. Berpikirlah adil sejak dari dalam pikiran. Jangan lagi persoalkan perbedaan, karena perbedaan justru memperkaya segalanya. 

Mulailah menghargai perbedaan dan keragaman yang ada. Mulailah saling tolong menolong, tanpa harus melihat perbedaan latar belakang. Ingat, Allah menganjurkan kepada kita semua untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan di dunia ini. Karena itulah, mari saling berbuat baik dan hilangkan bibit intoleransi dan radikalisme di dalam diri kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun