"Upacara bendera" demikian orang-orang menyebut rutinitas berkumpul yang ditandai dengan penaikan bendera dan beberapa ceremonial lainnya. Mulai dari pembukaan oleh MC, pembacaan UUD 45, penghormatan, arahan dan pembacaan pancasila oleh pembina/inspektur upacara sampai doa dan penutup.Â
Jenis upacara dengan ceremonial seperti ini bermacam-macam. Tergantung jenis hari besar atau peringatan apa yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.
Salah satu contoh, upacara untuk memperingati kemerdekaan bangsa kita yang dilakukan baru-baru ini. 17 Agustus yang merupakan momentum perjuangan orang-orang terdahulu merebut kembali keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Â
Perjuangan mereka tak main-main Karena mempertaruhkan jiwa dan raga. Saya melihat peserta upacara tahun ini sangat antusias, apalagi karena pakaian yang dikenakan adalah pakaian adat.
Sejenak saya merasa ini sungguh lucu. Perjuangan berhias darah dirayakan dengan upacara berhias kemewahan pakaian adat lengkap dengan aksesoris yang harganya tidak murah. Apalagi kaum wanita, menyewa atau membeli pakaian adat plus sewa jasa make up artist.Â
Sebagian dari mereka bergembira dengan keadaan tersebut, karena  bisa tampil cantik dan mewah. Tapi, mereka yang hidup pas-pasan mengeluh karena yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan pokok, harus dialihkan untuk keperluan lain.
Keadaan berbanding terbalik ini seperti tak layak. Atau, apakah dengan mengorbankan harta benda demi style saat upacara  dianggap sebagai pengorbanan?
Menurutku, pengorbanan semacam itu sia-sia. Lebih baik jika dana sewa baju dan jasa MUA itu digunakan untuk berbagi kepada mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Apalagi akhir-akhir ini terlalu sering dalam pelaksanaan upacara mengharuskan pesertanya mengenakan kostum yang tidak biasa seperti kostum karnaval. Jelas kostum seperti itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bagi mereka yang mampu akan tampil bangga dengan segala pernak-pernik karnaval. Tapi mereka yang tidak mampu, hanya akan memendam rasa ingin tampilnya saja.
Sekilas, bagi sebagian orang menganggap bahwa upacara bendera terlihat biasa saja karena sudah terlalu sering dilakukan. Sehingga orang-orang pun mengikutinya karena formalitas saja. Namun, tidakkah kita memikirkan, bahwa dari rangkaian ceremonial tersebut tersimpan misteri dan harapan untuk peserta upacara bendera?
Apakah kita menganggap bahwa hal tersebut hanya sebagai rutinitas formalitas saja?
Bagiku, bukan, bukan hanya itu. Sebagian orang menganggap bahwa kegiatan upacara sukses jika seluruh rangkaian acara berjalan tanpa kesalahan. Lalu reaksi tepuk tangan yang spontan setelah pelaksanaannya selesai sering menjadi pertanda bahwa acara berjalan lancar. Jadi, apa yang mereka dapatkan setelah bertepuk tangan? Tidak ada, kecuali rasa lelah dan gerah setelah terpapar sinar matahari. Meski sebagian orang merasa bahagia karena bertepuk tangan merupakan salah satu bentuk perayaan kesuksesan. Bertepuk tangan karena merasa bangga, seperti yang dilakukan oleh petugas upacara maupun sanak saudara petugas.
Di mana sajakah pelaksanaan upacara?
Pelaksanaan upacara rutin yang biasa dilakukan setiap hari senin umumnya dilaksanakan di kantor-kantor atau sekolah-sekolah. Berbeda dengan pelaksanaan upacara untuk memperingati sesuatu, misalnya upacara memperingati ulang tahun lembaga. Biasanya dilakukan di luar kantor karena hanya dirayakan sekali dalam setahun. Sama halnya dengan perayaan memperingati kemerdekaan Indonesia. Lokasi pelaksanaannya tidak hanya dilaksanakan di tanah lapang. Seperti di halaman kantor, di stadion, atau di lapangan olahraga lainnya. Tetapi, ada yang melaksanakannya di atas gunung bahkan ada yang di dasar laut. Hal tersebut menandakan bahwa para pejuang tidak hanya berperang di tanah lapang tapi mereka berjuang di berbagai medan. Seperti di gunung, di laut maupun di rawa-rawa. Pelaksanaan di berbagai lokasi itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan para pejuang.
Setiap pelaksanaan upacara tentu mengandung makna tersendiri bagi pelaksananya. Lalu, apa sih sebenarnya makna dari upacara bendera?
Selama ini yang populer dipahami tentang makna yang terkandung dalam pelaksanaan upacara bendera adalah mengenang pengorbanan dan jasa para pahlawan dalam mempertahankan keutuhan negara ini. Lebih dari itu ada beberapa makna yang menjadi manfaat pelaksanaan upacara bendera diantaranya, yaitu :
Menumbuh kembangkan jiwa patriotisme dan cinta tanah air. Melalui kegiatan upacara diharapkan terjadi perubahan tingkah laku dan cara pandang yaitu lebih merasa memiliki tanah air ini. Sehingga mendorong jiwa peserta upacara untuk berjuang memperbaiki diri dan berkarya demi bangsa tercita ini.
Menumbuhkan kedisiplinan, tanggungjawab dan semangat gotong royong. Makna ini sengaja dituangkan dalam permendikbud no. 22 tahun 2018 tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah. Sehingga di sekolah-sekolah pelaksanaannya menjadi agenda utama tiap hari senin dengan melibatkan peserta didik sebagai pelaksana upacara. Sementara para guru bertindak sebagai pembina Upacara yang bertugas menyampaikan pesan-pesan umum dan aktual kepada seluruh peserta didik.
Menelaah makna pancasila dan undang-undang dasar. Setiap pelaksanaan upacara, pembacaan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi agenda utama. Satu alasan dengan adanya pembacaan tersebut adalah agar peserta upacara senantiasa menelaah makna yang terkandung di dalamnya. Tapi, lagi-lagi, terkadang pembacaan ini hanya sebagai formalitas saja.
Demikian penting sesungguhnya makna dari pelaksanaan upacara. Namun apakah setiap peserta sudah paham maknanya? Dari wawancara singkat saya kepada beberapa peserta didik di Polewali Mandar, sebagian besar mengikuti upacara hanya karena upacara merupakan kewajiban. Ketika ditanya soal makna pelaksanaan upacara, Â jawaban yang hampir sama yang saya dapatkan, yaitu, untuk mengenang para pahlawan. Ketika ditanya lanjut alasannya. Jawabannya adalah karena sebelum mengheningkan cipta, pembina upacara selalu mengatakan "untuk mengenang arwah para pahlawan, hening cipta dimulai".
Lalu apa yang harus dilakukan agar makna sebenarnya dari pelaksanaan upacara ini bisa didalami oleh setiap peserta? Jawabannya adalah, perkuat kegiatan cinta tanah air, tidak hanya melalui upacara tapi dengan memberikan pemahaman melalui workshop atau seminar-seminar kebangsaan.
Penulis : Andi Kurnia Muin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H