Oktober. 88 tahun lalu, para pemuda negeri ini, ber-sumpah. Dalam kalimat-kalimat pendek yang menghentak. Membangunkan kesadaran nalar persatuan.
Soal persatuan, M Hatta dan Syahrir, memberi catatan tebal. Persatuan, bukanlah persatean. Sate jadi satu deret karena ditusuk paksa. Sedang persatuan, tertata dalam satu barisan, kompak karena kesadaran yang dilandasi pengetahuan. Pemahaman atas visi. Bukan emosi sesaat.
Karenanya, kedua tokoh pergerakan pemuda tersebut, bersikukuh untuk menyatukan seluruh unsur bangsa Indonesia yang dibutuhkan bukan sekadar pidato-pidato yang menggelora yang membakar emosi. Namun juga harus disertai dengan diskusi-diskusi mendalam yang dingin dengan pertimbangan-pertimbangan rasional yang bertumpu pada semangat ilmu pengetahuan, dan pengehargaan atas keberagaman.
Konflik adalah natural, akan selalu ada, tak bisa dihilangkan dalam kehidupan berbangsa. Menjaga persatuan bukanlah menghindari atau menghilangkannya. Yang harus dilakukan adalah mengelolanya. Konflik yang terkelola, bisa jadi menyehatkan. Dan konflik yang sehat, selalu menghindari penggunaan kekerasan.
Dengan konflik yang terkelola dan sehat, tiap anak bangsa kian faham dengan perbedaan, dan kian dewasa dalam menyikapinya.Setiap persoalan dalam konflik dapat dibicarakan terbuka, bersama dicari pemecahan dan kesepakatannya.
Bila ada yang harus dihindari, dalam menjaga persatuan adalah intrik, karena intrik duduk perkara persoalan tidak pernah gamblang, menyandarkan pada desas-desus. Bangsa yang kuat, dapat mengubah konflik menjadi sehat dan jauh-jauh menghindari intrik.
Perbedaan itu sunnatullah. Segala hal yang ditujukan untuk membuat penyeragaman mutlak, tanpa memberikan ruang terhadap perbedaan, jelas bertentangan dengan semangat alam yang menghargai keragaman. Karenanya, dalam perbedaan, juga terkandung rahmat Allah. Dalam salah satu hadist, ada dikatakan, ikhtilafu ummati rahmah; perbedaan pada umatku adalah anugerah.
Salah satu ayat Al-Quran surat Al-Hujrat, juga menegaskan “Sungguh telah kami ciptakan kalian dengan beragam suku dan puak, agarlah saling mengenali”. Untuk saling mengenali, maka perlu saling memahami. Dan untuk memahami, selain butuh kebesaran hati, semangat persaudaraan juga mutlak memiliki pengetahuan.
Sumpah pemuda adalah sumpah penghormatan atas keragaman yang rela, penuh kesadaran lebur jadi satu jua. Satu bangsa.
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.