Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Pembelajar

11 September 2023   11:03 Diperbarui: 11 September 2023   16:00 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Guru dan Pengembangan Potensinya dengan Prinsip Terus Belajar Sepanjang Hayat. "

Sebagai salah satu sekolah islami yang berkembang, Sekolah Putri Darul Istiqamah (SPIDI) tempat saya mengajar menetapkan lima value (nilai) yang mutlak harus dimiliki civitas dan guru SPIDI. 

Saya masih teringat ucapan direktur pendidikan SPIDI, ibu Riza Sativani Hayati saat menjelaskan lima hal tersebut dalam materi pembekalan dan pengenalan SOP pada civitas baru. 

"Ada lima value yang harus dimiliki civitas SPIDI, yakni pembelajar, profesional, pengabdi, kolaborasi, dan keteladanan. " Jelasnya pada kami. 

Dalam tulisan ini, saya akan menggarisbawahi nilai pembelajar. Dan memaparkan beberapa alasan mengapa nilai mulia ini harus dimiliki oleh semua guru dalam beberapa poin di bawah. 

Guru dan Islam yang Memuliakan Pembelajar

Sebagai seorang guru muslim yang menjadikan Islam sebagai pedoman hidup (way of life), kita harus memahami bahwa agama ini memerintahkan kita untuk terus belajar. 

Ada sebuah hadis lemah yang sering dikutip umat Islam sebagai motivasi untuk selalu belajar. Bunyi hadis lemah tersebut adalah sebagai berikut :

"Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan (baru lahir) hingga liat lahat (mati)." 

Meski hadis di atas tak boleh disandarkan kepada Nabi Muhammad karena kelemahan sanadnya, tapi maknanya benar karena Islam memuliakan orang berilmu, meninggikan kedudukannya dan menuntut kita untuk selalu belajar kapan dan di mana saja. 

Salah satu doa yang diperintahkan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam Al-Qur'an adalah doa ditambahkan ilmu. 

"Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. " (Q.S. Thaha : 114).

Renungilah ayat di atas bahwa Nabi Muhammad SAW, sosok manusia paripurna yang telah menjadi juru dakwah, murabbi, dan maha guru namun, masih saja diperintahkan oleh Allah untuk meminta tambahan ilmu lewat doa. 

Jika sudah mempelajari dan merenungi dalil-dalil yang terkait dengan motivasi dan kemuliaan menuntut ilmu semoga dengannya kita terdorong untuk menjadi guru yang tak pernah berhenti belajar. 

Guru dan Kemajuan Dunia Pendidikan

Tak dapat disangkal lagi dunia pendidikan kita dewasa ini semakin berkembang. Dan akan terus berkembang. Sekarang zamannya era digital. Di mana IT menjadi salah satu media belajar yang paling banyak digunakan. 

Perkembangan zaman ini tentu menuntut guru untuk terus belajar hal-hal baru. Melakukan pembaruan, pengembangan, dan upgrading kemampuan dengan terus belajar. 

Menghadapi gen Z (anak millenial) tak boleh sama dengan generasi sebelumnya. Proses pembelajaran 10-20 tahun lalu tak sama dengan sekarang, sehingga guru dituntut untuk terus berinovasi dan berkreasi demi memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai kebutuhan zaman. 

Jika 10-20 tahun lalu kita mengajar dengan menggunakan fasilitas papan tulis, kapur tulis, dan kertas. Sekarang masanya untuk menggunakan VR, proyektor, Chromebook, gawai, komputer, E-Paper, media sosial, aplikasi (platform) ruang belajar, dan semisalnya. Tentu kemampuan dalam mengoperasikan perangkat-perangkat IT baru tersebut dihasilkan melalui proses belajar. 

"Jadinya itu (pembelajaran dengan teknologi) merupakan suatu akselerasi di tim kami untuk mendigitalisasi berbagai macam hal. Konsepnya bukan untuk menggantikan guru tetapi malah untuk memperkuat potensi guru. Teknologi untuk memperkuat potensi guru. Itu menurut saya luar biasa," Ungkap Mendikbud, Nadiem Makarim yang saya kutip dari salah satu media nasional. 

Zaman akan terus berkembang. Fasilitas dan teknologi baru akan terus ada. Karakter peserta didik tak akan sama setiap zaman. Jadi mau tak mau, guru didorong untuk terus belajar agar dapat berdiri kokoh di tengah arus deras perubahan dan perkembangan dunia pendidikan. 

Guru dan Kualitas Pendidikan

Lembaga pendidikan yang menaruh perhatian pada peningkatan kemampuan dan kapasitas pendidik harus mendapatkan apresiasi tinggi. Sebab betapa pun canggihnya fasilitas, bagusnya sarana dan prasarana, dan hebatnya kurikulum, tetap saja guru sebagai penentu suksesnya pendidikan sebuah sekolah. 

Kita boleh mengatakan bahwa guru yang baik akan melahirkan peserta didik yang baik lalu berdampak positif pada kualitas sekolah. Sebaliknya, guru yang buruk tentu akan sulit melahirkan peserta didik yang baik dan akibatnya berdampak buruk bagi kualitas sekolah. 

Lalu apakah yang dimaksud dengan guru yang berkualitas itu? Jawabannya akan beragam. Namun, tidak akan jauh dari beberapa hal berikut : seperti memiliki kompetensi yang mumpuni terhadap mapel yang diajarkan, mampu menguasai IT, menjadi teladan dengan akhlak mulia, kreatif dan inovatif, memahami dan menerapkan metode mengajar yang sesuai kebutuhan peserta didik, dan mampu berkolaborasi. 

Dan cara terbaik menjadi guru yang berkualitas seperti kriteria di atas adalah tekad dan usaha untuk terus belajar dan berkembang. 

Guru dan Stereotip yang Negatif

Saya pernah menonton sebuah podcast yang narasumbernya mengatakan mengajar itu bukanlah sebuah life skill yang unik. Sebab hampir semua orang bisa melakukannya. 

Ia menguatkan penilaiannya dengan logika : "dokter, polisi, tentara, dan pilot bisa mengajar. Tapi apakah pengajar bisa menjadi seperti mereka?"

Ia menganggap profesi dokter, polisi, tentara, dan pilot sebagai pekerjaan yang unik karena tak bisa dilakukan oleh semua orang, butuh keahlian dan kompetensi khusus untuk bisa melakukannya. Sementara itu, ia meremehkan profesi mengajar, karena menurutnya mengajar tak perlu keahlian khusus kecuali bisa dan pede berbicara dan tahu ilmu yang ingin diajarkan. 

Makanya lanjut dia, tak mengherankan jika guru kurang dihargai. Buktinya profesi guru paling rendah gajinya di antara profesi lainnya. 

Mari kita bantah perspektif di atas itu. Bahwa Mengajar tak boleh serampangan. Tak semua orang bisa mengajar dengan baik. Mengajar itu adalah seni dan profesi yang membutuhkan kompetensi khusus. Mengajar butuh ilmu yang mendalam. Mengajar butuh metode yang sesuai. Mengajar butuh penguasaan IT. Mengajar butuh integritas dan komitmen. 

Lalu bagaimana caranya guru menunjukkan hal itu kecuali dengan harus terus belajar dan berkembang. Potensi dan kemampuannya tak itu-itu saja, tapi terus ditingkatkan hingga kemampuan dan potensi itu dibutuhkan oleh orang banyak  dan layak dibayar mahal layaknya para guru besar . 

Penutup

Salah satu integritas seorang guru adalah terletak dari spiritnya untuk terus belajar. Long life education (belajar sepanjang hayat) adalah semangat untuk terus mengembangkan potensi dan kemampuan. 

Belajar tanpa batas ruang dan waktu. Tanpa batas sarana dan fasilitas. Belajar dari mana dan kapan saja. Baik lewat fasilitas yang diberikan lembaga atau pun belajar sendiri lewat membaca buku, artikel di internet, sosial media, pengalaman orang lain, dan sebagainya. 

Hal itu selaras dengan kewajiban untuk terus belajar dengan kewajiban untuk terus mengembangkan kepribadian baik untuk kebaikan diri sendiri, sekolah, masyarakat, bangsa dan agama cepat atau lambat. 

Selamat Belajar. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun