Bagi saya Lembah Lohe seperti negeri dongeng. Hamparan bukit beralaskan rumput hijau dan lumut membentuk bentangan alam bak permadani hijau raksasa. Beberapa aliran sungai kecil yang jernih menambah indah pemandangan. Berasa seperti di syurga.
Masya Allah, tak ada yang tak berdecak kagum melihat ciptaan Allah yang sungguh sempurna ini. Menambah keyakinan kepada kebesaran dan keindahan Sang Pencipta.
Tak berlama-lama di Lembah Lohe, kami pulang kembali ke Danau Tanralili. Sebelum pulang, kami makan siang dulu dengan menu mie gelas, ketupat, dan buras untuk mengisi energi.
Kami meninggalkan Danau Tanralili pukul 11.50. Dan tiba di tempat registrasi pukul 14.15.
Salah seorang santri mengusulkan untuk menginap semalam di villa milik orang tuanya di Malino. Agar tubuh yang pegal dan lemas bisa beristirahat sebelum pulang ke kampus Wadizzuhur.
Bagi para santri, dapat menikmati keindahan panorama alam Danau Tanralili dan Lembah Lohe adalah impian yang menjadi kenyataan. Tenaga yang terkuras dan biaya yang dikeluarkan setimpal dengan apa yang dinikmati.
Pendakian ini juga mengajarkan banyak hal seperti kemahakuasaan Allah Sang Pencipta, solidaritas, semangat pantang menyerah, dan bertemu dengan pendaki lain yang bersahabat.
Kami semua merasa bersyukur pada Allah dengan terhindarnya kami dari hal-hal yang kami khawatirkan sebelum mendaki. Sungguh itu jauh lebih kami syukuri dibanding dapat sampai ke Danau tanralili atau menikmati Lembah Lohe sekalipun sebab dapat pulang ke rumah dengan selamat adalah tujuan utama dari mendaki.
Â
***********
Terima kasih pada para orang tua atas doa dan dukungannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H