Musim lalu (musim 2021-2022), PSM hampir saja terperosok ke Liga Dua. Manajemen kacau. Dikabarkan beberapa pemain belum menerima gaji. Kalau pun sudah, selalu telat. Riuh rendah suara netizen bahkan penggemar sendiri mengkritik tim tertua di Indonesia itu.
PSSI lalu mengeluarkan dua nama tim yang berhasil lolol ke AFC Cup, salah satunya adalah PSM membersamai juara liga Satu musim lalu, Bali United. Seantero negeri teriak kalau PSM tak pantas bermain di AFC. Mereka mengatakan PSM akan membuat malu liga Indonesia di kancah Internasional. Bukan tanpa alasan mereka berpendapat seperti itu, karena memang tim asal Makassar itu nyaris mengalami degradasi musim lalu.
"Tim yang diremehkan oleh bangsa sendiri." Begitu Cuitan Asnawi Bahar, mantan pemain PSM yang bermain di Liga Dua Korea Selatan di akun sosial medianya beberapa waktu silam sebagai ungkapan kekecewaanya terhadap sikap netizen bola Indonesia.
Lalu persiapan awal musim 2022-2023 ini, PSM bahkan tak mendapatkan banyak pemain berlabel nomor satu nasional. Bahkan beberapa didatangkan dari liga dua. PSM lebih banyak mengandalkan talenta lokal binaan akademi muda PSM. Suara penggemar lagi-lagi sumbang. Mereka mengira manajemen tak becus alias tak serius mendatangkan pemain.
Didatangkanlah si plontos asal negerinya Cristiano Ronaldo, Bernardo Tavarez untuk melatih PSM. Jejak kepelatihannya tak begitu mentereng. Tapi kabarnya ia pernah menjadi bagian dari tim analisis Real Madrid. Sebuah CV yang cukup mentereng.
Lagi-lagi suara minor datang dari pecinta sepak bola. Mereka tak begitu percaya pada pelatih baru itu. Tavarez pun tahu diri. Ia tak mematok target yang begitu tinggi untuk PSM di musim pertamanya.
"Saya adalah sebagai pelatih kepala di sini dan saya bukan pesulap, kita adalah orang-orang yang percaya dengan kerja keras akan membuahkan hasil," kata Bernardo saat diwawancarai di Rumah Makan Lae Lae, Jalan Datu Museng, Makassar, Selasa (10/5) (kutipan dari detik.com).
Lalu awal musim berjalan baik di Liga Satu maupun AFC Cup. PSM tak pernah kalah di semua laga yang dimainkan. Di Liga menang tiga kali, imbang satu kali dari empat laga. Di AFC Cup juga malah lolos ke final antar zona Asean, sebuah prestasi yang baru pertama kali ditorehkan oleh tim asal Indonesia. Efeknya, Liga Indonesia mendapatkan tambahan poin. Jika bisa menang sekali lagi (final), klub Liga Indonesia dipastikan bisa tampil di Liga Champions Asia.
Kemudian suara sumbang berubah menjadi merdu. Pujian demi pujian dituai. Bernardo Tavarez adalah orang yang paling banyak mandapatkan kredit pujian. Di tangannya, pemain-pemain "biasa" PSM menjadi luar biasa.
Apa rahasianya? Kerja keras. Begitu kata Bernardo Tavarez. Falsafah "Ewako" yang berarti berjuanglah terasa menghujam di dada para pemain PSM. Entah apa yang dibisikkan oleh Bernardo kepada para pemainnya, namun di lapangan mereka seperti tak pernah lelah. M. Arfan tak pernah berhenti menganggu gelandang lawan. Dua saudara kembar asal Papua, Yance dan Yakob seperti punya tambahan paru-paru. Everton tak pernah letih menekan bek lawan. Kenzo Nambu juga tak pernah berhenti mengejar bola. Akbar Tanjung yang mati-matian di tengah. Hingga Agung Mannan yang tak ada capeknya.
Di Eropa, para pelatih kelas dunia memang menekankan pemain untuk rajin berlari menekan lawan. Bahkan pelatih top seperti Galtier, Guardiola, dan Tuchel mengancam pemain yang malas bergerak meski memiliki visi permainan yang baik. Mungkin itulah yang coba ditiru oleh Bernardo Tavarez.
Bukan hanya fisik yang kuat, tapi juga taktikal yang hebat. Permainan PSM sangat enak terlihat. Banyak pemain muda mengisi starting line up. Umpan-umpan pendek menjadi lebih sering terlihat, sesuatu hal yang jarang terjadi di liga kita mengingat tim-tim lebih suka longpass. Entah mungkin karena kondisi lapangan yang buruk atau karena murni taktikal.
Tentunya apa yang PSM lakukan sekarang bukanlah semata untuk membuktikan bahwa anggapan para pecinta sepak bola Indonesia salah. Atau membungkam mereka. Tapi memang karena ingin menunjukan bahwa beginilah sepak bola murni dimainkan.
Sebagai orang Bugis Makassar yang tinggal di Makassar, saya sangat bangga terhadap pencapaian dan level permainan PSM awal musim ini. Tentunya tak ada tim yang sempurna. Lagi pula ini baru awal musim, tak boleh menjadikannya sebagai patokan utama. Jadi saya berharap dan berdoa semoga PSM bisa lebih baik lagi. Bisa lebih konsisten. Dan tentunya bisa meraih prestasi terbaik musim ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H