Suasana tadi pagi di auditorium gedung Phinisi UNM menyentuh sampai ke relung hati paling dalam. Tak ada perasaan yang mewakili hati para hadirin kecuali haru, suka cita, bangga, dan bahagia.
Ada 120 peserta didik kurang lebih gabungan dari  Sekolah Alam Darul Istiqamah dan Sekolah Putri Darul Istiqamah yang terletak di Maros Sul-Sel diwisuda di auditorium gedung Phinisi UNM pagi tadi.
Semua rangkaian acara mengaduk emosi. Penampilan drama dan nasyid, pidato sambutan, dan prosesi wisuda. Sebentar bahagia dan tawa, sebentar sedih dan haru, sebentar bangga dan cinta. Bercampur memainkan perasaan.
Acara wisuda merupakan bahasa lain dari: setelah hari ini kita betul-betul akan berpisah satu sama lain. Kita akan meninggalkan sekolah. Kita akan berpisah dengan asrama. Kita akan berpisah dengan para guru. Kita akan berpisah dengan adik-adik kelas. Dan semua cinta yang telah melekat erat di Spidi. Di sinilah kesedihannya.
"Nak, Spidi adalah rumah kedua kalian. Jikalau di luar sana nanti kalian menemukan kesedihan, pulanglah ke sini, Spidi selalu terbuka lebar. Keluh kesah, curhat, kami akan sambut selalu." Begitu salah satu petikan pidato ibu Mukhlisah Arif, direktur eksekutif Spidi yang diiringi tepukan tangan dari hadirin utamanya para wisudawan. Bangga. Haru. Menyatu dalam hati.
Atau acara wisuda hari ini sesungguhnya adalah nama singkat daripada keberhasilan menempuh jenjang pendidikan pada waktu yang telah ditentukan di Spidi. Tak mudah berada dalam penjara suci (maaf jika ada yang tak sependapat) untuk waktu yang lama saat masa muda memberontak digoda oleh nafsu ingin hidup bebas layaknya anak-anak di luar sana.
Tak perlu muluk-muluk jadi penghafal Al-Qur'an 30 juz mutqin, sudah sangat disyukuri enam tahun keberadaan di Spidi artinya enam tahun lepas dari segala macam bentuk fitnah HP, pergaulan bebas, pacaran, dan segala bentuk kehidupan negatif di luar sana.
Drama tentang Ince Juana, salah satu wisudawan kelas 12 pagi tadi yang berhasil menamatkan hafalan 30 juz di tenda pengungsian korban  gempa Mamuju mengajarkan kepada kita bahwa tekad, semangat, dan cinta tak bisa dihalangi oleh apa pun demi menamatkan hafalan. Bahkan oleh musibah bertubi-tubi.
Semua kecintaannya terhadap Al-Qur'an itu bukan kebetulan semata, tapi telah melalui proses penempaan, ribuan nasihat, dan motivasi dari para guru di Spidi setelah ijin dari Allah tentunya.
Saat peserta wisuda Tahfidz 30 juz naik ke panggung bersama kedua orang tua mereka. Ketika mereka mengenakan mahkota di kepala orang tua lalu dibalas peluk dan cium dari orang tua, diiringi nasyid tentang Al-Qur'an, suara MC terdengar indah berkata: "Apa yang telah ananda lakukan adalah merupakan puncak kesuksesan para penghafal Al-Qur'an. Inilah impian ananda dan orang tua. Inilah hasil doa ananda dan doa mereka."
Begitu juga saat para wisudawan kelas 9 dan 12 berlari kecil menemui orang tua untuk memberikan bunga. Bukan. Tak hanya bunga, tapi juga kebahagiaan hakiki dalam pelukan. Kedua momen di atas yang paling menguras air mata.