Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Ayo ke Spidi

5 Februari 2022   04:57 Diperbarui: 5 Februari 2022   04:59 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makassar. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Andreawan Tarigan

Spidi , Antara Apa yang Saya Dengar dan Rasakan Sendiri
_________________________________________________

Tahun 2011 bisa dianggap sebagai titik awal reformasi modernisme pendidikan putri di Pesantren Darul Istiqamah Pusat. Pasalnya, sekolah putri yang awalnya bernama Arafah Boarding School (ABS) bertransformasi nama menjadi Sekolah Putri Darul Istiqamah (Spidi). Merubah haluan kiblat dari Depag ke Diknas. Dari MTs dan MA menjadi SMP dan SMA. Kurikulum pesantren tradisional (salafiyah) berubah menjadi lebih modern (khalafiyah).

Wajah-wajah baru dalam staf manajemen dan pengajar berdatangan. Rata-rata berasal dari luar pesantren Darul Istiqamah. Ini tuntutan penyegaran dan penyesuaian visi pembaharuan manajemen dan mutu pendidikan.

Selain itu, segmen pasarnya mulai membidik peserta didik dari kalangan menengah ke atas dengan menaikkan pembayaran masuk dan bulanan. Alasan utamanya, pesantren harus punya marwah yang tinggi agar tak lagi dipandang sebelah mata.

Alasan lainnya adalah secara logis jika sekolah menerima banyak peserta didik dari kalangan anak pejabat, pengusaha, dan orang-orang berpengaruh lainnya, artinya peluang untuk memperbaiki umat jauh lebih besar sebab di tangan mereka peluang itu lebih terbuka.

Peningkatan pelayanan dan pengembangan  fasilitas dan sarana kampus adalah sebuah keniscayaan untuk menarik minat dan perhatian calon user. Renovasi besar-besaran dilakukan. Gedung yang dulunya tak ada yang bertingkat, kini sudah berlantai tingkat. Fasilitas kelas bertambah banyak. Masjid kampus diperbesar dan diperindah. Gazebo tersebar di mana-mana. Dan yang paling fenomenal adalah pembangunan fasilitas kolam renang khusus putri, Marmara. Semua mengusung konsep go green campus.

Jika Anda berkunjung ke kampus Spidi sekarang, Anda mungkin bisa menikmati hijaunya pemandangan di sini. Suasana kampus yang begitu natural. Makanya saat sebelum pandemi, tak sedikit orang tua memilih berlibur akhir pekan di sini sambil menjenguk anak mereka.

Namun pengembangan mutu kualitas pendidikan tentunya tetap jauh lebih diutamakan. Kini mengusung tag line "smart and shalihah". Sebuah rumah pendidikan yang dirancang mengeluarkan wanita cerdas nan shalihah yang diharapkan dari rahim mereka kelak lahir peradaban bangsa dan umat yang baik.

Saya teringat dalam sebuah bincang santai saya dengan Ibu Mukhlisah Arif, Direktur Eksekutif Spidi selepas makan siang dalam apartemen milik anak beliau di Turki, saya menyampaikan pertanyaan banyak orang: "katanya Spidi ingin melahirkan ibu-ibu yang shalihah yang bisa merawat dan mendidik anak, tapi kok anak Spidi tidak dilatih mandiri? Mengapa mereka tidak cuci baju sendiri? Tidak menyapu sendiri? Tidak memasak sendiri?"

"Mereka di rumah memang tidak mengerjakan itu semua. Kamu tahu, kan, dari kalangan mana mereka berasal?" Beliau menjawab dengan balik menanyaiku.
Saya mengangguk tersenyum.

"Jadi diprediksi kelak mereka akan dinikahi oleh laki-laki yang mampu secara materi. Yang mampu menyediakan asisten rumah tangga buat mereka. Jadi energi mereka tidak lagi terkuras pada urusan memasak atau mencuci. Tapi bagaimana mereka bisa fokus mendidik anak mereka dengan baik. Bayangkan jika mereka bersuamikan pejabat. Insya Allah mereka yang pertama kali menasihati suami jika melakukan kesalahan. Itu yang kita inginkan. Jadi jangan bawa mindset kita ke mereka." Jawab beliau lagi yang kalimat terakhirnya cukup menohok saya.

Saya bergabung di Spidi baru setengah tahun. Tapi kesan positif saya pada sistem pendidikan Spidi sangat dalam. Saya tertarik pada sistem peminatan kelas. Di sini tersedia kelas Tahfidz, tarbiyah, bahasa, dan Sains. Anak-anak bisa memilih kelas sesuai minat dan bakat mereka dan bisa fokus ke sana.

Saya juga terkesan pada kurikulum tilawa (tidur lebih awal) di mana para santri tidur pada jam delapan malam dan bangun jam dua dini hari untuk melakukan shalat lail, menghafal, dan kegiatan ibadah lainnya. Sebuah konsep hidup yang sesuai dengan Sunnah Nabi. Yang menurut para ahli kesehatan merupakan gaya hidup yang menyehatkan dan mencerdaskan otak.

Selama kurang lebih enam bulan berkiprah sebagai tenaga didik di Spidi, banyak ilmu dan pengalaman yang saya serap khususnya dalam upgrading pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran. Di sini, Anda akan sangat jarang menggunakan kertas. Nyaris semuanya menggunakan e-paper. Mulai dari mengisi absen, nilai raport, formulir, sampai menerima tugas siswi.

Bahkan terkadang papan tulis dan spidol tidak digunakan karena pembelajaran menggunakan media Chrome Book, semacam laptop yang membeli lisensi Google For Education.

Hampir setiap hari ada jadwal upgrading skill guru. Tahfidz dan tahsin, tarbiyah, bahasa Inggris dan Arab, hingga komputerisasi. Artinya, Anda sebagai guru di sini mungkin akan lebih banyak belajar dibanding mengajar.

"Saya bela-belain datang dari Makassar hanya untuk ikut belajar tahsin. Padahal saya tidak mengajar hari ini. Program seperti yang saya sukai dari Spidi." Kata Ibu Ima, seorang pengajar bahasa Inggris kepadaku suatu hari.

Saya telah mengajar di beberapa sekolah, namun menurutku Spidi yang terbaik dalam hal pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran. Bukan hanya saya, tapi beberapa guru mengakui hal yang sama.

Kini di usianya yang memasuki angka 11, Spidi telah memiliki 1125 alumni, 322 peserta didik, 132 staf dan guru. Dengan sederet prestasi yang tak lagi bisa dihitung, baik itu pada tingkat daerah hingga nasional.

Bapak Ir. H. Takdir, MM., Kadisdik Maros dalam membuka kegiatan assembly Spidi mengapresiasi prestasi Spidi. "Saya melihat banyak prestasi yang telah diukir oleh Spidi. Spidi adalah kebanggaan kabupaten Maros. Dan sekolah terbaik (di Maros)."

Di umurnya yang ke 11 tahun, sebuah angka yang tak begitu besar, namun kiprahnya bagi dunia pendidikan sudah sangat besar. Namanya sudah cukup terkenal. Nama Darul Istiqamah Maros sangat terangkat oleh kehadiran Spidi. Bahkan kabupaten Maros pun ikut harum namanya.

Itu diakui sendiri oleh pejabat nomor satu di kabupaten Maros.
"Saya sangat berbangga dan bersyukur ada sekolah dan tempat mendidik di Maros yang akan melahirkan sosok (ibu) yang smart dan shalehah."  Puji H.A.S Chaidir Syam, bapak bupati Maros suatu hari dalam pidato sambutannya di Spidi.

Tak heran jika Spidi begitu cepat menjelma menjadi salah satu sekolah Islam berasrama wanita terfavorit di Indonesia Timur. Saya bisa membuktikannya. Dari data yang saya dapatkan lewat wawancara langsung dengan siswi, siswi Spidi berasal dari berbagai daerah di Indonesia Timur, mulai dari Sul-Sel sendiri, Sultra, Sulbar, Sulteng, Ambon, Kalimantan, hingga Papua.

Menurutku pribadi, bargaining setiap orang yang terafiliasi pada Spidi, siswi atau pun staf pengajar harusnya bisa naik berkali lipat di mata masyarakat. Karena efek nama Spidi yang terkesan mahal dan eksklusif.

Makanya saya selalu memotivasi para siswi dan berusaha menumbuhkan rasa bangga dan cinta mereka terhadap almamater. Tak jarang dengan kalimat guyonan begini : "Kelak nanti, jangan mau dikasih uang Panai murah. Kalian adalah alumni Spidi. Spidi membuat nilai jual kalian melambung tinggi."

Rasa-rasanya mimpi ustadz Muzayyin Arif, pembina utama Spidi untuk menjadikan Spidi sebagai sekolah terbaik se-Indonesia Timur sedang berproses. Itu terlihat dari apa yang orang -orang katakan tentang Spidi dan apa yang saya rasakan sendiri.

Selamat, Spidi. Saya tak pernah mengucapkan selamat ulang tahun. Jadi saya tak mengucapkannya untukmu.  Tapi saya bisa berdoa semoga Allah memberkahi umurmu yang ke sebelas tahun ini.

Dan semoga Allah memberi manfaat dengan keberadaanmu pada agama dan umat Islam.

Jaya dan Malebbi selalu...!!!

SAYA BANGGA MENJADI CIVITAS SPIDI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun