Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ayo Naik Qatar Airways

4 Agustus 2021   05:24 Diperbarui: 25 Juli 2022   06:47 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat masuk pesawat, saya yang membawa tiga potong tas langsung dibantu oleh awak kabin wanita. Ia mengambil satu tas koper di tanganku. Meski kemudian ia tak bisa mengangkat kopor yang beratnya 12 kg itu ke atas bagasi kabin. Saya yang menaruhnya. Ia terlihat tersenyum tak enak. Sambil berterima kasih.

Jam menunjukkan pukul satu WIB saat hidangan makan malam dibagi. 

Terlalu larut malam makanannya untuk saya makan. Meski perut sedang kosong. Bukan diet, cuma tak baik buat kesehatan. 

Akhirnya saya taruh makanannya di bawah kursi. Ah, jaim. Padahal biasanya juga makan nasi goreng jam 10 malam di rumah...

Hingga tiba saatnya awak kabin mendatangiku untuk mengambil bekas alat makan yang sudah kotor. Awak kabin pria itu menanyaiku tentang makananku.

Saya menunjukkannya di bawah kursi. Masih utuh belum saya makan. Ia menegurku dengan sopan. Sambil menawarkan agar makanannya ia taruh di meja lipat. Mungkin ia berpikir dalam hatinya "jorok amat nih orang..."

Tapi saya menolak dengan alasan mau tidur selonjoran. Meja lipat mengganggu posisi tidurku.
Ia menawarkan untuk menaruhnya di meja lipat deretan kursi lain. Saya pun setuju.

Saya terbangun sekitar jam 6.30 WIB (waktu di HPku) mencari makananku. Ternyata hilang. Padahal saya lapar sekali. Sejak siang dari Makassar belum diisi. Saya lalu menanyakannya pada pramugari. Mungkin ia berpikir "ini orang bangun-bangun langsung cari makan..."

Ternyata ia taruh di box makanan di ruang awak kabin. Saya minta kembali. Ia bilang kalau mau dipanaskan lagi. Aku bilang tak masalah buatku dingin. Ia 'memaksaku' agar makanannya dipanasi dulu. Aku mengangguk tak enak. Padahal dienakin aja yah...

Saat menunggu, seorang pramugara mendatangiku. Ia memberitahuku jika makanannya akan siap 2-3 menit.

Saya semakin tak enak. Apalagi saat pramugari datang membawakan makananku sambil menawarkan minuman tambahan lagi. 

Saya menjawab cukup meski hatiku menolaknya.

Alasannya; canggung. Tak terbiasa dilayani bak raja oleh dayang-dayangnya. Biasanya juga di kampung malah melayani orang lain...

Jujur, saat menoleh ke belakang pun, seorang awak kabin langsung mendatangiku untuk menawarkan bantuan. Dikiranya saya sedang butuh bantuan. Padahal celingak-celinguk mau ke lavatory...

Standar servisnya betul-betul luar biasa. Kelas dunia. Padahal saya duduk di kelas ekonomi. 

Saya membayangkan bagaimana lagi jika saya berada di kelas bisnis. Tapi itu baru sebatas khayalan tingkat tinggi...hiks...

Memang dalam berbagai review pelanggan di YouTube. Pelayanan dan keramahan awak kabin Qatar Air Ways memang dianggap salah satu yang terbaik di dunia.

Sesuai mottonya Qatar AirWays "Going Place Together "

Ayo terbang bersama Qatar AirWays (maaf bukan endorse yah. Hanya bantu-bantu teman...eh, emang saya siapanya?)..

AYO TAMASYA KE TURKI (maaf, ini baru endorse, karena saya pengagum negerinya Erdogan...)..

*Ditulis di ketinggian 40.000 kaki di atas permukaan laut*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun