Antara jam 7 dan 8 adalah saat- saat puncak saya merasa menjadi salah- satu manusia terkaya dunia.
Saat- saat seisi dunia lelap tidur, atau bermalas- malas bangun, menimbang- nimbang antara mau mulai olahraga atau lanjut berselimut yg begitu menggoda, atau berkutat dengan persiapan itu- ini, menyiapkan sarapan, anak- anak yang sekolah dan pastinya macet pagi hari, saya, ya saya, duduk, berdiri, selonjoran, bebas sebebas- bebasnya di salah satu ketinggian Tangkubanparahu. Semau saya, telanjangpun bisa.
Sendiri, di ketinggian Tangkubanparahu dengan pemandangan 360 derajat yang memukau.
2 kawah dibawah. Ratu dan Upas hanya sebagian dari banyak ‘milik’ saya sendiri dipagi hari.
Sebelum pukul 9 saya sudah sarapan( kedua bagi saya) dengan orang rumah.
Jika Tangkubanparahu adalah hari- hari, maka Merapi adalah pilihan saya pertama untuk trek gunung sekali- sekali, atau sebulan sekali.
Muncak muncak gunung saya pertama kali. Ya betul- betul pertama kali.
Saat muda, berbeda dengan banyak teman- teman yang katanya sudah mulai suka- suka cinta alam, naik- naik gunung, saya malah tak pernah.
Bukan tak suka. Tapi pacaran atau selalu berada ditengah- tengah teman2 cantik dan gaya, selalunya lebih menggoda ;-)
Start perlahan, tak memaksakan diri. Penuh gairah akan mendapatkan trek, pemandangan luar- biasa, tapi bersiap diri untuk berhenti jika keadaaan memaksa.
Setelahnya? Subhanalloh, luar- biasa.
Kinabalu tak berkurang dari indah- indah dan mengagumkannya.